Miris, Pengungsi Korban Gempa di Seram Barat, Tak Ada MCK dan Tenaga Medis

  • Sabtu, 28 September 2019 - 13:12:05 WIB | Di Baca : 1096 Kali

SeRiau - Ribuan warga sejumlah desa pesisir di Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, hingga Sabtu (28/9/2019) masih terus bertahan di perbukitan desa mereka pascgempa bermagnitudo, 6,8 mengguncang wilayah tersebut dua hari yang lalu.

Warga masih terus bertahan di hutan dan perbukitan lantaran hingga kini gempa susulan masih terus dirasakan getarannya di wilayah tersebut.

Selain karena ada gempa susulan, warga juga memilih mengungsi karena rumah-rumah mereka mengalami kerusakan.

“Gempa susulan masih terus terjadi, kami tidak berani pulang ke rumah,” kata Hafid Patty, salah satu warga Desa Latu kepada Kompas.com, saat dihubungi, Sabtu siang.

Dia menuturkan, selama tiga hari mengungsi di hutan, hingga saat ini belum ada bantuan apapun yang disalurkan pemerintah daerah melalui BPBD setempat.

Menurut Hafid, banyak pengungsi yang kini mulai terserang penyakit namun, sayangnya belum ada bantuan obat-obatan dan tenaga medis untuk penanganan pengungsi di wilayah tersebut.

Banyak pengungsi yang sakit umumnya karena kekurangan darah, sakit kepala dan demam.

“Di sini kami juga kekurangan air bersih, kami juga butuh tenda, tenaga medis dan bantuan sembako, tolong sampaikan ke pemerintah, Pak, tentang kondisi kami di sini,” ujar dia.

Keluhan yang sama juga disampaikan pengungsi di Desa Hualoy, Kecamatan Amalatu, yang hingga kini masih memilih mengungsi di hutan.

”Sampai saat ini, belum ada bantuan apapun dari pemda kepada kami di sini, tolong disampaikan biar mereka (pemerintah) tahu kalau kami di sini juga sangat membutuhkan bantuan,” kata Mance Tubaka, saat dihubungi secara terpisah.

Camat Amalatu, Adaweya Wakano membenarkan hingga Sabtu siang ini masih ada ribuan warga yang mengungsi di hutan-hutan desa mereka.

“Sekitar 10.000 warga di Kecamatan Amalatu yang mengungsi di hutan yang terbanyak itu di Desa Latu, sampai siang ini mereka masih di hutan,” kata dia.

Wakano mengakui, ribuan pengungsi di wilayah itu belum mendapat bantuan apapun dari pemerintah daerah dan saat ini kondisi mereka sangat memprihatinkan.

”Ini saya lagi di posko crisis center bencana, lagi koorinasi untuk meminta bantuan,” kata dia.

Anggota DPRD SBB dapil Amalatu, Rusli Sosal mengaku, saat ini dia terus berkoordinasi dengan BPBD agar penyaluran tangap bencana segera disalurkan untuk ribuan warga di kecamatan tersebut.

Rusli yang juga warga Desa Latu ini mengaku selain belum mendapat bantuan tenda, selimut dan obat-obatan serta tenaga medis, hingga saat ini belum satupun fasilitas MCK yang dibangun di sejumlah lokasi pengungsian.

“Ini sangat miris sekali, tidak ada MCK, tidak ada tenaga medis, padahal banyak warga saat ini sudah mulai sakit-sakitan,” ujar dia.

Dia pun meminta pemerintah daerah segera menyalurkan bantuan kepada ribuan warga yang masih mengungsi di wilayah itu.

”Ada ratusan titik lokasi pengungsian di Amalatu, dan sampai saat ini belum tertangani, saya minta pemerintah segera merspons masalah ini dengan cepat,” ujar dia.

Gempa 6,8 magnitudo sebelumnya mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis (26/9/2019) pukul 08.46 WIT. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar