Fahri Hamzah dkk Siapkan Angket Perpres TKA, Ini Respons Moeldoko

  • Selasa, 24 April 2018 - 16:09:49 WIB | Di Baca : 2963 Kali

 

SeRiau- Muncul wacana Hak Angket DPR untuk mempertanyakan Perpres No 20/2018 tentang penggunaan TKA yang diterbitkan oleh Presiden Jokowi. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan siap ikut dalam wacana angket itu. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko lalu menanggapi wacana tersebut. 

"Kecenderungan dari kita itu kalau tenaga kerja asing itu berfokus pada China, padahal kan tenaga kerja asing bukan hanya dari China," ujar Moeldoko dalam wawancara dengan CNN Indonesia dalam acara Prime News pada Senin (23/4/2018) malam.


Dia menjelaskan, perpres yang diteken Jokowi bermaksud untuk memberikan kepastian bagi investor asing. Sebelumnya perizinan diurus dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, kini diberi waktu maksimal 2 hari.

Menurut Moeldoko, biasanya investor asing juga membawa ahli dari negaranya. Ketika proses perizinan berlangsung lama, maka bisa mengganggu investasi.

"(Dalam Perpres 20/2018) disebutkan jelas nggak ada pekerjaan yang kasar (untuk TKA), ada pekerjaan yang memiliki jabatan. Hanya begini, kita sering terkecoh dengan gambar, mereka kan datangnya nggak pakai dasi, sehingga orang menginterpretasikan sebagai tukang sapu," kata Moeldoko.

 

Lebih lanjut, Moeldoko mengatakan bahwa investor yang menyuntikkan dana untuk proyek di Indonesia dikejar oleh waktu. Sehingga pemerintah membuat aturan untuk mempercepat perizinan. Dalam perpres pun tertulis jelas bahwa TKA tak boleh menempati jabatan personalia.

"Suatu saat saya pernah turun lihat ke Ketapang, ada pabrik alumina, dia ceritakan South Tower ini dibangun orang China seminggu selesai, begitu dibangun orang Indonesia, 3 bulan nggak selesai, itu faktual," kata Moeldoko.


Moeldoko memang tak menjabarkan detail soal jumlah TKA di Indonesia. Dia lantas membandingkan dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

"Kadang kita jadi bangsa tidak fair, seperti ketakutan. Tenaga kerja kita di luar berapa sih? Di Saudi berapa? Hong Kong berapa? Makau? Berikutnya di berbagai tempat itu jutaan termasuk Malaysia 2 juta," papar Moeldoko.

 

Moeldoko tak mau mengaitkan apakah isu TKA ini sengaja digulirkan jelang Pilpres 2019. Dia lalu mengaitkan isu tenaga kerja dalam konteks hubungan internasional.

"Kalau kita bicara konteks hubungan nggak boleh menang-menang sendiri dong," kata dia.

Soal data detail jumlah TKA di Indonesia diungkapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri dalam kesempatan terpisah. Dia juga membandingkan dengan jumlah TKI di luar negeri.

"TKA China sampai 2017 hanya 24.800 orang," kata Hanif dalam acara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (23/4).

Sementara itu total TKA secara umum dari berbagai negara di Indonesia jumlahnya 85.974 pada 2017, 80.375 pada 2016 dan 77.149 pada 2015. Menurutnya angka ini tak sebanding dengan jumlah tenaga kerja asal Indonesia di luar negeri.

"TKI di negara lain, besar. TKI kalau survei World Bank, ada 9 juta TKI di luar negeri, 55% di Malaysia, 13% di Saudi Arabia, 10% di China-Taipei, 6% di Hongkong, 5% Singapura," jelasnya.

Dia juga memaparkan data dari BPS. Dari data tersebut ada sekitar 160 ribu TKI di Hongkong, 20 ribu di Macau, dan 200 ribu di Taiwan.

"Makanya, bukan China yang menyerang Indonesia, tapi kita yang menyerang China," sebutnya.

(Sumber : Detiknews.com)





Berita Terkait

Tulis Komentar