Hubungan Evolusi dan Keanekaragaman Manusia Sebagai Produk Seleksi Alam dan Heterogenitas Ekologi Terhadap Sosiobiologi

  • Selasa, 20 Desember 2022 - 18:23:55 WIB | Di Baca : 1677 Kali

 

Seriau- Evolusi merupakan proses penciptaan keanekaragaman mahluk hidup, penyebaran karakteristik antar spesies, dan pola hirarki keanekaragaman. Dari waktu ke waktu, spesies baru berkembang dari spesies yang ada melalui spesiasi dan spesies yang lain punah dimana menghasilkan perubahan secara terus menerus dalam dunia biologi yang dicerminkan dalam rekaman fosil.

Evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang waktu yang sangat panjang (makro evolusi). Saat menyusun teorinya, Dari menggunakan hipotesis Lamarck tentang “pewarisan sifat-sifat yang diperoleh” sebagai faktor yang 
menyebabkan makhluk hidup berevolusi. 

Teori evolusi menjelaskan bagaimana terjadinya proses perubahan pada mahluk hidup yang menyimpang dari struktur awal dalam jumlah banyak dan beraneka ragam sehingga menyebabkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mahluk hidup yang bertahan atau tidak punah (evolusi progresif) dan mahluk hidup yang gagal bertahan hidup atau punah (evolusi regresif). 

Menurut Soemarwoto (1983) dalam Kasri (2022), mahluk hidup dalam batas tertentu mempunyai kelenturan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya (adaftasi). Kemampuan adaftasi mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaftasi, makin besar kelangsungan hidup suatu jenis. Dengan kemampuan 
adaftasi suatu jenis mahluk hidup dapat menempati habitat yang berbeda.

Cara beradaftasi manusia terhadap kondisi geografis berbeda-beda. Seseorang yang mempunyai 
adaftasi yang tinggi mudah menyesuaikan diri dengan berbagai macam keadaan serta mempunyai 
peluang besar untuk berhasil dalam kehidupannya dalam bertahan hidup. Adaftasi manusia terhadap keadaan geografisnya dapat dibedakan menjadi adaftasi fisiologi, morfologi, dan bahan makanan. 

Karaktristik fisiologis dan morfologis manusia sebagai hasil seleksi alam. Contohnya adalah warna kulit. Kulit bewarna gelap beradaftasi dengan lingkungan dan memiliki cahaya yang tinggi, sedangkan kulit bewarna pucat beradaftasi dengan lingkungan dan memiliki cahaya yang rendah.

Sebagai suatu proses alamiah, seleksi alam telah dikenal ahli biologi sebelum Darwin, yang mendefinisikannya sebagai “mekanisme yang menjaga agar spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak”. Darwin adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa proses ini memiliki kekuatan evolusi. Seleksi alam menyatakan bahwa makhluk hidup yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam di habitatnya akan mendominasi dengan cara memiliki keturunan yang mampu bertahan hidup, sebaliknya yang tidak mampu akan punah. 

Manusia berintekrasi dengan lingkungan hidupnya secara fenotipe dan genotipe. Seleksi alam mempunyai hubungan yang erat dengan variasi perilaku manusia yang bekerja sebagai fenotipe pada otak manusia dan dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan.

Sebagian besar bentuk perilaku manusia secara biologis bersifat adaftif. Seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan genotif yang menguntungkan dalam suatu populasi. Oleh karena itu, seleksi alam secara acak memodifikasi variasi asal dari ciri-ciri genetik suatu spesies sehingga alel-alel yang bersifat menguntungkan karena survive akan mendominasisedangkan alel-alel yang tidak menguntungkan akan berkurang sebagai hasil dari rekomendasi atau mutasi gen.

Populasi manusia bervariasi sehubungan dengan lamanya waktu yang ditinggalkan pada bayi dengan keanekaragaman manusia. Interval antar kelahiran rata-rata 4 tahun. Itu merupakan interval kelahiran yang optimal. Keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi ini adalah hasil dari seleksi alam yang dipengaruhi oleh kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dalam bereproduksi.

Ada hubungan antara kematian bayi dengan interval waktu yang berbeda. Bayi yang lahir setelah interval waktu yang pendek lebih banyak meninggal daripada interval waktu yang panjang. Peluang bertahan hidup bayi yang lahir ≥ 40 bulan adalah 50%. Jarak maksimum kelahiran reproduksi pada bayi akan mempengaruhi kesehatan keturunan yang dihasilkan. Dari kurva yang dihasilkan, masa hidup reproduksi pada bayi sekitar 20 tahun untuk bertahan hidup. 

Dari hasil grafik secara empiris menunjukkan bahwa, distribusi jarak antar kelahiran pada bayi rata-
rata adalah 45-50 bulan yang paling baik maksimal kesehatan reproduksinya. Hal ini merupakan strategi perilaku yang menghasilkan keturunan dalam bereproduksi untuk bertahan hidup.Hipotesis sosiobiologis adalah lingkungan 
dimana manusia berevolusi secara genetik sangat berbeda dari lingkungan dimana manusia itu hidup. 

Untuk itu diperlukan adaftasi terhadap lingkungan. Sosio biologis bukanlah determinisme genetik sederhana, melainkan kompleks, dimana meliputi gen, evolusi budaya, peningkatan kesehatan reproduksi, dan variasi genetik. Hipotesis sosiobiologis merupakan hal yang penting dalam upaya mengembangkan model evolusi budaya untuk keragaman manusia.

DAFTAR PUSTAKA Kasry A (2022). Ekologi Manusia. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau. Pekanbaru: UNRI Press.

Penulis: Riska Martina, SKM





Berita Terkait

Tulis Komentar