PBB Minta Pengembangan Vaksin Corona Dipercepat

  • Sabtu, 25 April 2020 - 04:44:16 WIB | Di Baca : 2127 Kali

SeRiau - PBB bersama dengan sejumlah pemimpin negara dan organisasi kesehatan kembali membahas urgensi pengembangan vaksin untuk melawan virus corona. PBB ingin pengembangan vaksin virus corona segera diselesaikan dan diproduksi secara massal.

"Dunia membutuhkan pengembangan, produksi, dan pengiriman vaksin COVID-19 yang aman dan efektif," kata Sekjen PBB António Manuel de Oliveira Guterres, dilansir AFP, Sabtu (24/4).

PBB juga berharap seluruh negara mendapatkan vaksin ini. Mereka tidak ingin nantinya vaksin virus corona hanya bisa diproduksi dan didapat oleh negara tertentu.

"Bukan vaksin atau perawatan untuk satu negara atau satu kawasan atau setengah dunia, tetapi vaksin dan perawatan yang terjangkau, aman, efektif, mudah dikelola, dan tersedia secara universal, untuk semua orang, di mana saja," ucap dia.

PBB menambahkan, kondisi dunia tak akan pernah aman sampai virus corona benar-benar menghilang. Sebab, jika masih ada warga yang positif, kemungkinan potensi penyebaran akan terus terjadi.

"Tidak ada dari kita yang aman sampai (virus hilang). COVID-19 merupakan ancaman bagi orang-orang di mana saja," ujar Guterres.

Sementara Seth Berkley, yang merupakan Kepala Gavi dari aliansi vaksin, menilai pandemi corona tak akan pernah berakhir jika vaksin masih belum ditemukan. 

"Tanpa vaksin kita tidak akan pernah bisa mengalahkan pandemi ini. Ini artinya kita perlu menyusun dan memberikan program vaksin untuk mendapatkan miliaran dosis dengan kecepatan dan skala yang belum pernah dipikirkan sebelumnya," kata Berkley.

Sejauh ini, beberapa negara terus mengembangkan vaksin virus corona. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 60 kandidat vaksin di seluruh dunia yang kini sedang dalam tahap pengembangan. Beberapa di antaranya telah memasuki tahap uji klinis pada manusia.

Dalam pembahasan vaksin corona, sejumlah pejabat negara hadir di antaranya Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa.

Selain itu, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Melinda Gates dari the Bill and Melinda Gates Foundation juga hadir.

Namun perwakilan China sebagai negara pertama tempat kemunculan virus corona tak hadir. Begitu juga perwakilan Amerika Serikat sebagai negara dengan jumlah kasus positif dan kematian akibat corona tertinggi di dunia. (**H)


Sumber: kumparan.com





Berita Terkait

Tulis Komentar