Persoalan Wasit Indonesia di Mata PSSI

  • Ahad, 13 Oktober 2019 - 18:54:23 WIB | Di Baca : 1030 Kali

SeRiau - Wasit Indonesia masih belum pernah keluar dari zona kritik pedas para penikmat sepak bola di Tanah Air.

Hal tersebut menjadi persoalan dan perhatian khusus federasi sepak bola Indonesia, PSSI.

Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria,mengakui bahwa masih ada banyak persoalan terkait hakim pertandingan dunia si kulit bulat ini.

Bagi Tisha, jumlah antara kuantitas dengan kualitas wasit di Indonesia bisa dibilang tak seimbang.

Tisha mengatakan, saat ini jumlah wasit C1 di Indonesia jauh lebih banyak dari wasit level C2 dan C3.

Padahal diakui Ratu Tisha, wasit untuk C2 dan C3 seharusnya lebih banyak dan kualitasnya harus ditingkatkan karena jumlah pertandingan yang mereka pimpin juga banyak.

Sebagai informasi, kategori wasit lokal terbagi menjadi C1, C2, dan C3.

C1 merupakan jenjang tertinggi di Indonesia yang memimpin pertandingan tingkat nasional seperti Liga 1.

Sementara itu, C2 untuk tingkat provinsi dan C3 hanya untuk laga level kota atau kabupaten.

"Wasit C3 yang memimpin pertandingan level kabupaten/kota dan kompetisi usia dini masih minim jumlahnya," ujar Ratu Tisha dalam Media Visit PSSI ke Kompas Group di Menara Kompas, Jakarta pada Jumat (11/10/2019).

"Padahal, jumlah pertandingan level kabupaten/kota dan usia muda jauh lebih banyak dibandingkan kebutuhan wasit C2 level provinsi atau C1 bagi pengadil kompetisi papan atas," ungkapnya.

Menurut Ratu Tisha, sejak tiga tahun terakhir atau pascapembekuan PSSI dari FIFA, banyak sertifikasi wasit yang tak sejalan dengan AFC.

"Maka akhirnya, jumlah wasit C1 nasional yang berhak memipin Liga 1 dan liga 2 banyak," tutur Ratu Tisha.

"Padahal, kualitas mereka jauh antara wasit satu dengan yang lain," ujarnya menambahkan.

"Kami untuk membalikkan piramida jumlah wasit itu, PSSI butuh partner-partner asing," sambungnya.

Tisha pun menegaskan, PSSI bisa melakukan down grade atas wasit dan semua terkait kualitas mereka.

"Kami bisa memangkas wasit C1, kalau mereka enggak berkualitas. Mereka bisa turun level, walaupun sertifikasi sudah ada," tutur Tisha. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar