Erupsi Anak Krakatau, Warga Sempat Lari ke Hunian Sementara

  • Sabtu, 11 April 2020 - 17:43:53 WIB | Di Baca : 7420 Kali

 

SeRiau - Kala Gunung Anak Krakatau (GAK) erupsi pada Jumat (10/4), warga di sekitar pesisir panik dan langsung mengungsi ke hunian sementara (huntara) yang pernah digunakan saat tsunami pada 2018 lalu.

Membawa barang seadanya, masyarakat di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang yang berdekatan dengan pantai berkumpul di tanah lapang. Mereka berjaga-jaga mengantisipasi hal yang tak diinginkan seperti tsunami 2018 lalu.

"Pada panik. Alhamdulillah masih aman," kata Ketua Pokdarwis Ujung Kulon, Hudan Zul, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Sabtu (11/4).

Masyarakat di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, juga mengaku sempat mengungsi ke huntara yang berada di ketinggian. Meski khawatir, mereka bersyukur hingga kini tidak terjadi musibah apa pun.

"Ya yang ngungsi mah banyak, ngisi Huntara, kan banyak yang kosong," kata Dandy, pemuda dari Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Sabtu (11/4).

Namun sementara itu, warga di Kabupaten Serang yang berada di pesisir dan berdekatan dengan GAK mengaku kondisi saat ini normal dan kondusif.

Warga di daerah yang pernah terdampak tsunami Selat Sunda itu mengaku tidak mendengar suara dentuman saat gunung berapi di tengah perairan Selat Sunda itu meletus.

"Kondisi kondusif. Enggak ada suara dentuman. Salah itu mah semalem juga bukan Krakatau," kata Ketua Balawista Kabupaten Serang, Dede Sulaiman, yang berjaga saat GAK meletus.

Pihak kepolisian bersama TNI dan BPBD di Kabupaten Pandeglang pun sudah patroli di pesisir pantai dan menenangkan masyarakat yang panik. Personel gabungan itu setidaknya berkeliling ke Carita, Labuan, Panimbang, Cigeulis, hingga Sumur.

Saat GAK sudah tidak lagi memuntahkan material vulkaniknya dan dianggap aman, masyarakat yang tadinya berkumpul di tanah lapang, pinggir jalan, dan ruang terbuka lainnya diimbau untuk kembali ke rumahnya.

Meski demikian, petugas gabungan terus bersiaga di sepanjang pesisir pantai hingga perkampungan warga.

"Bahwa letusan yang terjadi semalam relatif aman dibandingkan letusan sebelum tsunami pada Desember 2018. Karena sebelum tsunami, letusannya lebih terasa. Namun karena pernah terjadi tsunami, sehingga masyarakat lebih sensitif bila mendengar erupsi atau letusan letusan," kata Kabid Humas Polda Banten, Kombes Pol Edy Sumardy.

 

 

 

Sumber CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar