13.447 Rumah di Riau Terendam Banjir

  • Sabtu, 01 Desember 2018 - 05:27:01 WIB | Di Baca : 1240 Kali

SeRiau - Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan status siaga darurat banjir dan longsor. Tercatat, sebanyak 13.447 rumah terendam banjir. Sebagian wilayah banjir karena tidak berfungsinya drainase. Ini terjadi di Kampar dan Kota Pekanbaru.

"Hingga saat ini yang terdampak banjir sebanyak 13.447 rumah. Ada 6 kabupaten dan kota di Riau yang terdampak banjir akibat tingginya intensitas hujan," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, Jumat (30/11).

Edwar menyebutkan, belasan ribu jiwa yang menjadi korban bencana banjir tersebar di Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Kuantan Singingi, Rokan Hulu, dan Indragiri Hulu.

Untuk di Pekanbaru, ada dua kelurahan, dua kecamatan dan 927 KK. Kemudian di Bengkalis, banjir melanda tiga kecamatan, empat desa dan 248 KK. Di Rokan Hilir melanda enam kecamatan, sepuluh desa dan 1.248 KK.

Sementara di Kuansing melanda 11 kecamatan, 104 desa dan 7.325 KK. Di Rokan Hulu, banjir melanda empat kecamatan, 13 desa, 424 KK dan 1.198 jiwa. Terakhir, di Indragiri Hulu melanda sepuluh kecamatan, 59 desa, 1.437 rumah,3.275 KK dan 3.275 jiwa.

Penetapan status siaga darurat banjir dan bencana longsor dimulai hari ini hingga 31 Desember 2018.

"Tapi jika di bulan Januari 2019, curah hujan tidak tinggi lagi, maka status tersebut tidak akan diperpanjang," kata Edwar.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Pekanbaru menjabarkan, hingga pergantian tahun nanti, intensitas hujan cukup tinggi. Status siaga ini bisa diperpanjang kalau hujan masih terjadi hingga akhir Januari 2019.

Beberapa pertimbangan penetapan status siaga banjir dikarenakan ada lima kabupaten yang sudah menetapkan status ini sebelumnya.

"Daerah itu adalah Kabupaten Rokan Hilir, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Dumai dan Pelalawan," katanya.

Meski daerah lain juga terjadi bencana banjir, namun itu tidak merata. Seperti yang terjadi di Bangkinang, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. Hal itu karena buruknya drainase di Kampar dan Pekanbaru sebagai faktor penyebab banjir datang.

"Banjir di Kampar karena drainase tidak berfungsi. Nah sehari hingga dua hari setelah dinormalisasi, banjirnya reda," kata Edwar.

Sebagai contoh Kota Pekanbaru yang dipimpin Walikota Firdaus, di kawasan Panam dan Perumahan Witayu di Kecamatan Rumbai, terjadi banjir karena drainase serta tidak berfungsinya pintu air di Sungai Siak.

Padahal di Sungai Siak ada tiga pintu air. Di antaranya terletak di bawah jembatan Leighton dan sekitar Perumahan Witayu. Di perumahan tersebut pintu airnya tidak berfungsi sehingga air meluap ke perumahan.

"Jadi kita sedang mencarikan solusinya, perbaikan pintu. Mudah-mudahan bisa teratasi sehingga banjir tidak terjadi lagi," terang Edwar. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar