IMF Peringatkan Risiko Perlambatan Ekonomi Asia Meningkat

  • Sabtu, 13 April 2019 - 16:04:07 WIB | Di Baca : 1257 Kali

SeRiau - Dana Moneter Internasional (IMF) memberi peringatan bahwa risiko perlambatan ekonomi Asia-Pasifik meningkat, sejalan dengan lambannya kinerja perdagangan, dan harga minyak yang tinggi, serta volatilitas pasar keuangan global.

"Jika perlambatan perdagangan ternyata lebih terasa dan lebih tahan lama, itu jelas akan memengaruhi pertumbuhan di kawasan Asia-Pasifik," ujar Direktur Departemen IMF untuk Asia dan Pasifik Changyong Rhee, seperti dilansir Antara,Sabtu (13/4). 

Kendati begitu, prospek pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik tetap 'relatif stabil' dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 5,4 persen pada 2019 dan 2020 nanti. Angka ini tidak berubah dari proyeksi pada Oktober 2018 lalu. Disebutkan Asia berkontribusi lebih dari 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. 

Sebelumnya, IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,3 persen atau naik 0,1 persen dari estimasi Januari lalu. Rhee mengatakan revisi naik mencerminkan dampak gabungan dari perkembangan terakhir perundingan dagang China dengan Amerika Serikat (AS), dan kebijakan fiskal ekspansif China.

"Respons kebijakan fiskal China yang lebih besar dari perkiraan akan membantu mengimbangi dampak permintaan eksternal yang lebih lemah," katanya. 

Di Jepang, ekonomi diproyeksikan meningkat sebesar satu persen pada 2019 dan IMF memperkirakan perlambatan pertumbuhan secara bertahap menjadi 0,5 persen pada tahun depan. 

Sementara, di India, pertumbuhan diperkirakan meningkat hingga 7,3 persen untuk tahun fiskal ini, di tengah sikap kebijakan yang lebih ekspansif. 

Menyusul risiko-risiko penurunan, IMF menyarankan agar ekonomi Asia mengadopsi kebijakan yang gesit, waspada, dan bijaksana.

"Kebijakan-kebijakan ekonomi makro harus bertujuan menstabilkan pertumbuhan, sambil memastikan pertumbuhan keberlanjutan dan meningkatkan ketahanan. Secara paralel, kebijakan keuangan harus bertujuan untuk mengatasi kerentanan dari leverage tinggi dan membangun penyangga-penyangga," jelas Rhee. 

Ia melanjutkan Asia juga perlu fokus pada kebijakan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan jangka panjang dalam menghadapi penurunan pertumbuhan produktivitas dan penuaan yang cepat. 

"Termasuk reformasi pasar tenaga kerja dan produk, memperkuat pengeluaran sosial untuk mengatasi meningkatnya ketidaksetaraan, dan upaya untuk membuka ekonomi kawasan lebih lanjut yang bisa mengurangi risiko-risiko meningkatnya proteksionisme global dan membantu meningkatkan ketahanan Asia," tandasnya. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar