Polri Bantah Gunakan Bom Fosfor Saat Buru KKB di Papua

  • Kamis, 03 Januari 2019 - 19:20:19 WIB | Di Baca : 1476 Kali

SeRiau - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo membantah, aparat gabungan TNI-Polri menggunakan bom fosfor dalam perburuan pelaku pembunuhan sejumlah pekerja di Nduga.

Menurut dia, aparat gabungan TNI-Polri hanya menggunakan granat asap dan gas air mata.

“Tidak ada bom-bom yang sifatnya mematikan, itu bukan bom itu granat asap dan gas air mata,” ujar Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (3/1/2019).

Dedi menerangkan, informasi yang diungkap The Saturday Paper. Sebelumnya, surat kabar di Australia itu memberitakan militer Indonesia menggunakan bom fosfor untuk mengejar pembunuh pekerja di Nduga tidak melakukan proses verifikasi dan klarifikasi.

Dedi mengatakan, pihaknya juga telah mengklarifikasi dan menunjukkan benda-benda yang digunakan dalam perburuan pelaku pembunuhan pekerja di Nduga.

"Bukti yang ditunjukkan oleh media mereka sudah diklarifikasi. Tidak ada bom mematikan, itu granat asap dan gas air mata," kata Dedi.

Pada kesempatan itu, Dedi juga mengklarifikasi soal kabar Tim Evakuasi Kemanusiaan dari Pemerintah Daerah Nduga, Papua disandera oleh pasukan TNI-Polri di Distrik Yigi, Nduga.

Menurut Dedi, kabar itu merupakan bagian dari propaganda yang digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Dedi mengatakan, berdasarkan klarifikasi Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Musthofa Kamal, kabar tersebut tidak berdasar.

"Saya sudah coba klarifikasi ke Kabid Humas Polda Papua, itu merupakan isu-isu propaganda yang dilakukan kelompok mereka (OPM). Jadi tidak ada dan tidak mendasar," kata Dedi.

Sebagai informasi, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM, sebelumnya mengatakan Tim Evakuasi Kemanusiaan dari Pemda Nduga yang di dalamnya juga diisi Wakil Ketua I DPRD Nduga Alimi Gwijangge dan Wakil Ketua II DPRD Nduga Dinar Kelnea disandera oleh pasukan TNI/Polri di Distrik Yigi.

Dia mengatakan Tim Evakuasi Kemanusiaan dari Pemda Nduga disandera pada 29 Desember 2018 saat bertolak dari Distrik Mbua ke Distrik Yigi untuk mengumpulkan masyarakat Yigi, Nitkuri, dan Mugi yang lari ke hutan setelah terjadi peristiwa penembakan antara TNI-Polri dan TPNPB.

Dedi menjelaskan, Gubernur Papua Lukas Enembe juga telah mengklarifikasi bahwa telah mendukung langkah-langkah TNI/Polri dalam melakukan upaya penegakan hukum terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Meski begitu, kata Dedi, Gubernur Papua meminta agar kehadiran TNI-Polri tidak membuat masyarakat merasa takut.

Ia mengklaim, bahwa kehadiran TNI-Polri menjamin keamanan masyarakat di Nduga dan sekitarnya.

“Pendekatan kita tidak juga represif, tapi ada pendekatan humanis juga yang terus dikembangkan disana. Seperti contohnya adalah satgas binmas (Bimbingan masyarakat) Noken,” tutur Dedi.

Kehadiran Satgas Binmas Noken dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti mengembangkan dan memberdayakan masyarakat di bidang, pertanian, peternakan, dan lain-lain. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar