Sejarah Boxing Day Liga Inggris, dari Kado Lembur hingga Sepak Bola

  • Kamis, 26 Desember 2019 - 06:46:15 WIB | Di Baca : 1026 Kali

SeRiau - Mendengar kata Boxing Day bisa saja mengarah pada pengertian olahraga tinju jika menggunakan pemaknaan secara harfiah.

Akan tetapi, Boxing Day tak ada hubungannya sama sekali dengan olahraga tinju maupun baku hantam lainnya.

Mengutip dari berbagai sumber, Boxing Day merupakan momen saat para bangsawan, tuan tanah, perusahaan, hingga pemilik modal memberikan hadiah kepada pekerja yang telah lembur ketika Natal berlangsung.

Para pekerja menerima hadiah dari bos atau perusaahan yang mempekerjakan mereka sehari setelah Natal atau tepatnya pada 26 Desember.

Hari di mana pekerja mendapatkan hadiah biasanya diperingati sebagai "Boxing Day". Mereka mendapatkan hadiah yang banyak dikenal dengan sebutan "kotak Natal".

"Boxing" yang dimaksud adalah merujuk pada kata "box", yaitu "kotak", tempat penyimpanan hadiah.

Lalu, bagaimana dua kata tersebut bisa identik dengan dunia sepak bola?

Tradisi permainan sepak bola pada momen setelah Natal tampaknya ada beberapa versi. Versi yang pertama berasal dari adopsi permainan sepak bola yang dilakukan oleh klub di Inggris.

Dilansir dari The Sun, tradisi itu berawal dari pertandingan sepak bola pada 1888-1889 antara Preston North End mengalahkan Derby County 5-0.

Sejak saat itu, pertandingan Boxing Day mulai dilakukan.

Kemudian, versi yang kedua akibat genjatan senjata yang terjadi antara tentara Inggris dan Jerman selama Perang Dunia 1 pada 1914 di perbatasan Belgia.

Seperti dilansir dari thought.co, pasukan Jerman yang berada di parit keluar dan mendatangi pasukan Inggris.

Pasukan Jerman berteriak "Selamat Natal" menggunakan bahasa lawannya.

Karena pasukan Jerman datang tak membawa senjata, kedua pihak kemudian berani mendekat dan mulai mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Akhirnya momen ini disambut tentara sekutu dengan baik dan saling menukar senyuman. Para pria bertukar hadiah, rokok, dan saling menyanyikan lagu Natal bersama-sama.

Selain itu ada juga momen makan bersama di antara mereka. Tampaknya, momen Natal yang penuh dengan kedamaian membuat kedua belah pihak yang berseteru untuk rehat dalam perang.

Setelah saat itu, ada seorang di antara mereka mengambil bola karet, kemudian kedua belah kubu berkumpul untuk melakukan permainan sepak bola, meskipun fakta bahwa itu hanya berlangsung satu jam dan dan tak memakai wasit.

Seiring berjalannya waktu, di negara Inggris, setelah Natal biasanya mereka mengadakan pertandingan olahraga, salah satunya sepak bola.

Kondisi ini sangat berbeda dengan tradisi Natal di beberapa negara lainnya yang kebanyakan menjadikan hari Natal sebagai waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga.

Perbedaan tersebut nyatanya menghasilkan keuntungan bagi Inggris.

Pasalnya, kondisi tersebut menjadi tontonan masyarakat dunia ketika sebagian besar liga lainnya beristirahat sejenak.

Alhasil, kondisi ini menjadi pemasukan tambahan bagi pengiklanan dan hak siar akan Premier League atau Liga Inggris ke berbagai penjuru dunia.

Secara komersial, ini juga merupakan pemasukan besar bagi klub-klub yang sedang bertanding. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar