Erupsi, Anak Krakatau Terus Keluarkan Lava Pijar

  • Jumat, 13 Juli 2018 - 16:15:33 WIB | Di Baca : 1489 Kali

SeRiau - Gunung Anak Krakatau terus erupsi. Gunung berapi di Selat Sunda itu terus mengeluarkan lava pijar dan material erupsi seperti batu dan pasir.

"Kondisi Gunung Anak Krakatau masih aktif. Kemarin Tremor saja. Abu tidak terpantau karena kabut," kata Andi Suandi, Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Lampung saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat (13/7/2018).

Akibat erupsi dan gempa tremor kuat yang terus menerus, kaca pos pantau Gunung Anak Krakatau ikut bergetar. Dari hasil pengamatan malam hari, guguran lava pijar dan sinar api terlihat pula semalam.

Gempa tremor memiliki amplitudo 25 sampai 50 mm. Meski begitu, kondisinya tetap di Level II atau Waspada. Masyarakat tetap dilarang mendekat dalam radius 1 kilometer.

Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatautercatat sejak 18 Juni 2018. Selain gempa vulkanik dan tektonik, gempa tremor juga terekam dengan amplitudo 1-21 mm (dominan 6 mm).

"Dalam kondisi normal, hembusan abunya setinggi apapun 25-100 meter saja," kata Andi.

Selanjutnya pada 19 Juni 2018, gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah, dari rata-rata satu kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari. Selain itu mulai terekam juga gempa Low Frequency sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1–14 mm (dominan 4 mm).

Pada 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa Low Frequency dan 36 kali gempa vulkanik dangkal. Berikutnya, 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa embusan, 8 kali gempa Low Frequency, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan empat kali gempa vulkanik dalam.

Erupsi kembali terjadi pada 25 Juni 2018 pukul 07.14 WIB dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.000 meter di atas puncak. Erupsi itu mengeluarkan abu vulkanik dan pasir. Meski erupsi, kondisi gunung tidak membahayakan penerbangan dan pelayaran di Selat Sunda.

Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung yang masih aktif. Gunung tersebut baru muncul dari permukaan laut pada 1927. Rata-rata bertambah tinggi 4 sampai 6 meter per tahun.

Energi dari letusan yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan, beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. (**H)


Sumber: Liputan6.com





Berita Terkait

Tulis Komentar