Berawal hobi, pria Madura ini kini ekspor papan surfing buatannya ke Korsel & Maroko

  • Ahad, 27 Mei 2018 - 05:07:42 WIB | Di Baca : 1540 Kali

SeRiau - Berawal dari hobi bermain selancar surfing di Pantai, Muhammad Hafi AM (46) kini menjadi pengrajin dan sekaligus pengusaha pembuat papan surfing. Kini papan surfingnya sudah diekspor ke luar negeri dan daerah di Indonesia.

Saat merdeka.com menemuinya di tempat gudang kerja papan surfingnya yang bernamakan 'Work Shop, Rezeki Selancar Jaya' yang berlokasi di Jalan Mandiri 2, nomor 10 X, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Bali, Hafi pun mau berbagi cerita tentang awal usaha papan surfingnya.

Pria asal Desa Kwanyar, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur ini, menceritakan saat merantau ke Bali pada tahun 1993, dirinya sempat menjadi penyewaan papan surfing di Pantai Kuta, Bali. Kemudian, karena kecintaannya terhadap olah raga berselancar tersebut, dia memberanikan diri untuk berjualan papan surfing di kawasan art shop Poppies 1 di Kuta.

"Saya tahun 1999 itu sewa tempat dan jualan papan surfing. Tetapi lama-kelamaan tamu sepi dan tidak ada yang belanja, apalagi akibat bom Bali, jadi tamu tambah sepi. Karena tidak kuat beli papan surfing lagi dan tidak ada dana, akhirnya saya berhenti jualan," ucapnya, Sabtu (24/5).

Berhenti menjajakan papan surfing, Hafi tidak langsung putus asa untuk bertahan hidup di Bali. Hari demi hari, dia habiskan untuk belajar papan surfing di tempat indekosnya. Sudah tak terhitung eksperimen dengan bahan foam atau gabus yang dicobanya untuk membuat papan surfing.

"Iya awalnya coba-coba, dan akhirnya sampai sekarang bisa. Karena saya suka surfing, kenapa tidak coba buat sendiri," imbuhnya.

Seiring waktu, papan surfing buatan Hafi pun banyak diminati pasar di Bali sampai keluar negeri. Karena banyak orderan, Hafi pun pada tahun 2008 menyewa tempat di Jalan Mataram untuk gudang kerjanya. Lalu, memperkerjakan 7 karyawan dengan sistem borongan.

"Saya mulai tahun 2008 sudah sekitar 2.600 papan surfing yang saya buat. Kalau saat ini orderan itu ada dari Maroko, Swiss, dan Korea Selatan, dan kalau di Indonesia ada dari Pacitan, Lombok dan Aceh. Biasanya jika di daerah itu ada ombak bagus pasti pesan papan surfing," ungkapnya.

Menurut Hafi untuk orderan papan surfingnya tahun ini agak sepi. Dia menceritakan pesanan dari luar negeri biasanya banyak dari Korea Selatan. Jumlahnya mencapai 1.000 dan 500 papan surfing.

"Saya langsung, kirim ke kargo saja, kalau omzet saat ini tidak menentu, iya hanya cukup buat bayar karyawan dan buat makan sehari-hari," tuturnya.

Dia menjelaskan proses pembuatan papan surfing awalnya mencari bahan gabus satu balok, kemudian dipotong sesuai ukuran dan saat sesuai ukuran baru dibetuk body-nya. Kemudian diberi bahan fiber dengan dilapisi bahan foksi dan finisnya di airbrush dengan cat mobil.

"Untuk kekuatannya itu bisa 5 tahun, dan yang paling sulit adalah pembentukan body-nya karena di sana ada sentuhan seni, jadi pakai rasa. Kita kerjakan semuanya secara manual," ujarnya.

Untuk kisaran harganya, Hafi mengatakan tergantung bahan yang dipakai. Jika bahan yang dipakai itu ada dua gabus atau foam dan polyester. Kalau dari gabus, yang ukuran 1,5 meter itu Rp 1,5 juta, jika yang paling besar ukuran 3 meter mencapai Rp 7 juta. Kalau yang polyester itu ukuran paling kecil Rp 4 juta dan yang paling besar lebih tinggi lagi harganya.

"Kalau pembuatan paling cepat selama 4 hari, tapi tergantung orderan pelanggan, karena juga ada lukisanya. Selain itu, ada juga papan surfing yang terbuat dari kayu jati, biasanya itu pesanan khusus," tutup Hafi. (**H)


Sumber: merdeka.com.





Berita Terkait

Tulis Komentar