Erdogan Ancam Bakal Serang Suriah, Begini Peringatan Rusia

  • Rabu, 19 Februari 2020 - 19:37:47 WIB | Di Baca : 1085 Kali

SeRiau - Rusia memberikan peringatan setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam bakal menyerang Suriah jika tak menarik pasukan.

Kremlin merupakan sekutu utama Presiden Bashar al-Assad, dan membantu Damaskus untuk menggamit satu demi satu wilayah yang dikuasai pemberontak.

Dalam pertemuan politisi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di parlemen, Erdogan mengancam agar Suriah menarik pasukannya di belakang militer Turki.

Ankara yang mendukung sejumlah kelompok pemberontak, dibuat berang setelah Damaskus menggelar serangan di Idlib, basis terakhir penentang pemerintah.

Dalam dua pekan, setidaknya ada 13 tentara Turki yang gugur diserang Suriah, dengan Ankara membalas dan mengklaim banyak korban jiwa dari musuh.

Jika tidak, mantan Wali Kota Istanbul periode 1994 sampai 1998 itu bakal mengerahkan tentara dan menggelar operasi militer pada akhir bulan.

Menanggapi ancaman itu, Rusia melalui juru bicara pemerintah Dmitry Peskov menuturkan agar Ankara tak coba-coba menyerang Assad.

"Jika yang dibicarakan adalah serangan terhadap pemerintahan maupun pasukan sah Suriah, maka tentu saja akan menjadi skenario terburuk," tegas Peskov.

Diwartakan AFP Rabu (19/2/2020), Moskwa tidak akan menghalangi Turki jika yang disasar adalah "kelompok teroris" di Idlib, sesuai kesepakatan mereka.

Dia merujuk kepada perjanjian dua negara di 2018, di mana mereka sepakat melaksanakan zona demiliterisasi di wilayah Idlib.

Dalam wilayah tersebut, baik Erdogan maupun Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk melenyapkan "kombatan radikal" dari Idlib.

"Kremlin menuturkan bahwa kelompok teroris itu masih beroperasi di kawasan barat laut Suriah. "Kami masih terus melanjutkan pembicaraan dengan Turki," jelas Peskov.

Pengumuman dari Erdogan terjadi sehari setelah pejabat PBB memperingatkan akan adanya ancaman kemanusiaan di wilayah barat laut Suriah itu.

Hampir 300 warga sipil terbunuh pada 2020 ini, dengan 93 persen penyebab kematian dikarenakan serangan dari Suriah dan Kremlin, demikian keterangan PBB.

Presiden Bashar al-Assad berjanji pada pekan ini, bahwa dirinya akan terus menggempur benteng terakhir pemberontak untuk meraih "kemenangan sempurna".

Pekerja kemanusiaan Suriah pun menyerukan adanya gencatan senjata dan bantuan dari internasional demi hampir satu juta orang yang mengungsi.

Dalam konferensi pers di Istanbul, Aliansi NGO Suriah menuturkan kamp pengungsian yang ada sudah penuh, dengan pengungsi terpaksa tidur di tempat terbuka.

"Kami menghadapi salah satu krisis perlindungan terburuk, sekaligus pergerakan skala besar IDP (pengungsi internal) yang tak punya tempat," jelas Aliansi NGO Suriah.

Dalam keterangan NGO tersebut, para pengungsi terancam meninggal karena cuaca buruk di tengah upaya mereka berlindung dari konflik.

"Situasi di barat laut sudah tidak bisa dipertahankan. Bahkan oleh standar buruk Damaskus sekalipun," kata Direktur Eksekutif Unicef, Henrietta Fore. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar