Perang di Libya Mengancam Nyawa Anak-Anak

  • Selasa, 25 September 2018 - 21:15:27 WIB | Di Baca : 1100 Kali

SeRiau - Pertempuran di Tripoli, ibu kota Libya mengancam nyawa setengah juta anak-anak. Bentrokan yang terjadi antara milisi pada Agustus lalu telah menewaskan sedikitnya 115 orang dan 400 orang luka-luka.

UNICEF (Badan urusan anak) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 1.200 keluarga mengungsi dalam waktu 48 jam terakhir karena bentrokan yang meningkat di wilayah Tripoli Selatan sebelum akhirnya berhenti pada Senin (24/9).

Bentrokan itu membuat lebih dari 25.000 orang terlantar dan setengah dari mereka adalah anak-anak.

Direktur UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Geert Cappelaere mengatakan bahwa dalam pertempuran, anak-anak sering menjadi korban dan direkrut oleh kelompok-kelompok bersenjata.

"Kami melihat anak-anak dicegah pergi ke sekolah dan kami melihat anak-anak tidak memiliki vaksinasi yang sangat mereka butuhkan," kata dia.

Anak-anak yang orang tuanya datang ke Libya dengan harapan dapat bermigrasi ke Eropa lewat laut, malah mendapat penderitaan dua kali lebih berat

"Mereka sudah menghadapi kondisi hidup yang mengerikan, banyak dari mereka yang ditahan. Ini merupakan sebuah situasi yang diperburuk olehh kekerasan yang terjadi hari ini," kata dia.

UNICEF juga mengatakan sekolah semakin banyak digunakan untuk melindungi keluarga yang terlantar yang kemungkinan besar dimulainya tahun akademik baru akan tertunda.

Penduduk juga menghadapi kekurangan pangan, lsitrik, dan air. Bentrokan ini akan memperparah nasib para imigran.

"Ratusan pengungsi yang ditahan dan imigran termasuk anak-anak telah dipaksa pindah karena kekerasan. Sedangkan yang lainnya sedang terdampar dalam kondisi yang memprihatinkan," kata dia.

Meskipun terjadi gencatan senjata yang ditengahi PBB pada 4 September lalu, namun pertempuran kembali pecah di wilayah distrik Tripoli Selatan.

Bentrokan tersebut terjadi antara kelompok bersenjata dari Tarhuna dan Misrata yang melawan milisi Tripoli yang dikendalikan oleh pemerintah didukung oleh PBB.

Ibu kota Libya telah menjadi pusat pertempuran antara kelompok bersenjata sejak diktator Muammar Qaddafi digulingkan dalam pemberontakan 2011 yang didukung NATO.

Pemerintah baru yang berusaha mempersatukan negara itu telah berjuang untuk mengendalikan berbagai milisi dan pemerintahan lawan yang berbasis di Libya Timur. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar