Rekayasa Pakan Ternak Pengaruhi Produktivitas Manusia

  • Selasa, 26 Desember 2017 - 10:44:12 WIB | Di Baca : 1935 Kali

SeRiau - Guru Besar Bidang Biokimia Nutrisi dari Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Ir. Lies Mira Yusiati, SU menyatakan bahwa rekayasa pakan ternak secara signifikan akan mempengaruhi tingkat produktivitas manusia.

“Pakan yang dikonsumsi ternak secara signifikan terbukti dapat memperbaiki kualitas produk asal ternak yang akhirnya memengaruhi produktivitas manusia,” ujar Prof Lies Mira dalam diskusi akhir tahun bertajuk Nutrisi dan Produktivitas Masyarakat Indonesia, di Kampus Fapet, UGM, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Prof Lies menjelaskan, ternak yang mengkonsumsi pakan bergizi akan menghasilkan produk-produk yang bergizi pula, seperti daging dan susu yang bergizi. Oleh karena itu, peningkatan nilai nutrisi bahan pakan untuk memenuhi  kebutuhan nutrient termasuk kebutuhan protein untuk ternak, mutlak diwujudkan.

Kualitas pakan
Prof Lies menerangkan, kualitas pakan  yang dikonsumsi ternak berdampak nyata bagi kualitas protein produk asal ternak yang diperlukan manusia. Upaya tersebut dinilai mampu meningkatkan produktivitas kerja masyarakat Indonesia menghadapi daya saing global.

”Kualitas protein diukur dari kesesuaian proporsi asam amino esensial dalam bahan pangan dengan proporsi asam amino yang diperlukan untuk pemenuhan nutrient bagi tubuh,” terang dia.

Protein itu, katanya, diperlukan manusia sebagai sumber asam amino untuk sintesis protein tubuh dan sumber nitrogen bagi sintesis senyawa nitrogen yang lain seperti asam nukleat dan hormon. Karena itu, produk hewani memang diperlukan sebagai sumber protein bagi manusia.

”Namun ternyata, konsumsi protein masyarakat di Indonesia sangat rendah yaitu sekitar 56gram/orang/hari. Bahkan jika dibandingkan pada kawasan Asean pun, angka ini masih tergolong sangat rendah,” ucap Prof Lies.

Data dunia
Data Organisasi Pangan dan Pertanian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), atau yang dikenal Food and Agriculture Organization (FAO) mencatat, konsumsi protein hewani masyarakat di negara-negara maju jauh diatas angka konsumsi protein masyarakat Indonesia.

Diantaranya, Amerika sebanyak 114g/orang/hari; Spanyol (108g/orang/hari); Inggris (104g/orang/hari); Malaysia (79g/orang/hari); Vietnam (72g/orang/hari); dan Laos (61g/orang/hari).

Sementara itu, sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh masyarakat dari negara-negara maju diatas adalah, Amerika sebanyak 54%, Spanyol 48%, Inggris 48%, Malaysia 30%, Thailand 24%, dan Philipina 21%. Sedangkan Indonesia hanya sekitar 8%, atau tertinggal jauh dibanding beberapa negara Asean lainnya.

Daya beli rendah
Menurut Prof Lies, rendahnya konsumsi produk asal ruminansia dapat disebabkan karena rendahnya daya beli masyarakat dan rendahnya produksi daging dan susu. Produksi daging kerbau, sapi, domba dan kambing dalam tahun 2017 sebesar 688.859 ton dan produksi susu tahun 2008 sebesar 920.100 liter.

Bila diperhitungkan dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 262 juta orang, maka setiap orang di Indonesia hanya akan memperoleh daging sebesar 2.629g/tahun atau 7,20g/hari dan mendapat susu 3,512cc/tahun atau 0,00962cc/hari.

“Dengan mempertimbangkan pentingnya protein hewani, jumlah konsumsi protein/protein hewani masyarakat Indonesia yang sangat rendah dan juga produksi daging maupun susu di Indonesia yang juga sangat rendah, maka populasi ternak ruminansia perlu ditingkatkan,” terang Prof Lies.

Manfaat protein
Prof Lies Mira menambahkan, protein sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, utamanya dalam meningkatkan produktivitas kerja. Sehingga sekaligus dapat meningkatkan daya saing dan kreativitas masyarakat yang mengkonsumsinya secara cukup.

Paling tidak, lanjut Prof Lies, terdapat beberapa manfaat protein hewani bagi manusia. Pertama, untuk perbaikan dan perawatan tubuh manusia baik bagi anak-anak maupun janin dalam kandungan seorang ibu. Kedua, sebagai sumber energi manusia agar dapat terus bergerak dan beraktivitas menjalankan kewajiban sehari-hari.

Ketiga, pembentukan hormon tubuh dalam menjaga keseimbangan dan fungsi-fungsi tubuh. Keempat, pembentukan enzim yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia dalam tubuh. Kelima, sebagai alat transportasi dan penyimpanan molekul tubuh. Dan keenam, sebagai pembentuk antibodi manusia untuk membantu mencegah serangan penyakit dan infeksi pada tubuh.

“Peningkatan konsumsi protein hewani bagi masyarakat mutlak diperlukan, agar kesehatan dan produktivitas masyarakat Indonesia terus meningkat. Implikasinya tentu akan meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia di kancah internasional,” tandas Prof Lies menutup keterangan tertulisnya.

 

 

 

 

sumber : rimanews





Berita Terkait

Tulis Komentar