WHO: Pembatasan Kontak Selama Pandemi Membahayakan Bayi Prematur

  • Selasa, 16 Maret 2021 - 18:29:58 WIB | Di Baca : 6512 Kali

SeRiau - Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (16/03) mengatakan kebijakan pembatasan kontak di bangsal persalinan bisa berakibat fatal bagi bayi yang terlahir prematur.

Dua studi baru yang dikutip WHO menemukan bahwa ribuan petugas kesehatan tidak mengizinkan ibu dengan infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi atau dicurigai untuk melakukan kontak kulit dengan bayi mereka, dan hampir seperempat dari mereka yang disurvei juga tidak mengizinkan sang ibu menyusui.

Di banyak negara, ibu dipisahkan dari bayinya karena khawatir menulari bayi yang baru lahir. Bagaimanapun, menyatukan ibu dan bayinya sejak awal kelahiran memiliki efek positif yang baik untuk bayi dan disebut bisa menyelamatkan lebih dari 125.000 nyawa, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet.

WHO pun mengatakan bahwa manfaatnya jauh lebih besar daripada risiko penularan yang dikhawatirkan. Pakar WHO Ornella Lincetto mengatakan kontak peluk antara ibu dan bayi tidak hanya meningkatkan peluang bertahan hidup bagi bayi prematur, tetapi "Itu juga akan mengurangi stres para orang tua akibat COVID-19."

Risiko kematian akibat pembatasan kontak tinggi

Bayi baru lahir di seluruh dunia memiliki "hak atas kontak penyelamatan hidup yang mereka butuhkan dengan orang tua," kata Anshu Banerjee, pakar WHO dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Dia menambahkan bahwa hal itu tidak boleh disangkal karena pandemi COVID-19.

"Puluhan tahun kemajuan dalam mengurangi kematian anak akan terancam kecuali kita bertindak sekarang," tambah Banerjee.

Perhitungan model menunjukkan, risiko kematian akibat pembatasan kontak 65 persen lebih tinggi daripada risiko anak tertular virus corona melalui kontak semacam itu.

Hingga berita ini diturunkan, lebih dari 120,2 juta kasus COVID-19 telah tercatat di seluruh dunia. Dari angka tersebut, tercatat lebih dari 2,6 juta kasus meninggal dunia. AS jadi negara yang paling banyak mencatat kasus COVID-19 yaitu sedikitnya dari 29,4 juta kasus, disusul Brasil dengan sedikitnya 11,5 juta kasus, dan India dengan sedikitnya 11,4 juta kasus. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar