Pertemuan Bogor, dan 'Lompatan' AHY di Lingkaran Jokowi

  • Jumat, 17 Mei 2019 - 10:51:04 WIB | Di Baca : 1047 Kali

 


SeRiau - Sejumlah tokoh politik dan kepala daerah berkumpul di acara buka puasa bersama di Museum Balai Kirti, di kompleks Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/6). Para kepala daerah yang diidentikkan dengan 'lingkaran Jokowi' itu mengusung tajuk kegiatan 'Silaturahmi Bogor untuk Indonesia'. 

Acara itu dihadiri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkifilfimansyah, hingga Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah.

Kemudian Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, serta Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi. Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi inisiator acara tersebut.

Dari sejumlah kepala daerah itu, turut hadir Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid. 

Banyak pihak mencoba memaknai pertemuan yang dihadiri dua tokoh politik cukup berpengaruh itu. Hal ini lantaran keduanya bertemu dengan sejumlah kepala daerah setelah pemilu 2019 dan dilakukan di tengah masyarakat sedang menunggu hasil pemilu. 

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai pertemuan tersebut menjadi momen bagi Bima Arya untuk 'mencari teman' yang sejalan dengan pilihan politiknya. 

Diketahui Bima adalah Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN). Namun ia telah menyatakan mendukung calon presiden Joko Widodo meski partainya merupakan bagian dari koalisi pengusung calon presiden Prabowo Subianto. 

"Jadi perlu lah dukungan teman-teman dia yang sehati, sehati dukung Jokowi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi, Kamis (16/9).

Selain itu, menurut Hendri, AHY menjadi tamu yang berbeda dari tokoh lainnya karena berasal dari partai pengusung paslon 02. Hendri menilai pertemuan itu tidak lain adalah untuk menggaet AHY agar lebih dekat dengan pilihan politik mendukung Jokowi. Ia menganggap AHY jadi pembeda, sebab para kepala daerah yang hadir mayoritas merupakan pendukung Jokowi.

"Kemarin itu juga usaha-usaha para kepala daerah untuk membujuk AHY lebih sure lagi masuk 01," ucapnya. 

Berbeda dari Hendri, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti memaknai dua poin penting pertemuan tersebut. Yang pertama adalah sebagai diskusi untuk mengamankan sejumlah daerah yang berpotensi bergejolak pascapengumuman hasil pemilu nantinya.

Menurut Ray, hal ini bisa dilihat dari daerah mana saja para gubernur, wali kota atau bupati yang hadir. "Relatif daerah penyangga Jakarta ya. Bogor, Tangerang Selatan, Jatim, Jateng," kata dia. 

Namun Ray juga mengatakan tak menutup kemungkinan dalam pertemuan itu muncul pembicaraan-pembicaraan terkait posisi setiap tokoh yang hadir jika Jokowi kemungkinan terpilih. Lagi-lagi, karena menurutnya hampir semua tokoh yang hadir telah menyatakan dukungan kepada Jokowi. 

"Menurut saya mereka juga akan diskusi sih siapa yg kira-kira akan didorong bersama-sama untuk bisa mendampingi Pak Jokowi (menjadi menteri) pada periode nanti," kata Ray.

Ray menganggap target audiens dari pertemuan itu bukanlah pendukung Jokowi. Kata dia, mereka ingin menarik perhatian pendukung Prabowo. Oleh karena itu AHY menjadi salah satu pilihan dengan latar belakang partai yang dinilai lebih netral sehingga dapat menerima atau membuka diri untuk berdialog. 

"Aspek tidak ada beban. Karena dia (AHY) dianggap netral karena latar belakangnya," ucapnya. 

Ray lantas menyoroti absennya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sebelumnya turut diundang. Menanggapi hal itu, Ray menangkap satu kemungkinan: karena pilihan politik yang berseberangan dengan pendukung Jokowi. 

"Bisa jadi dia mementingkan etos politiknya," ujar dia.

Meski demikian Ray tetap menilai Anies seharusnya hadir. Menurut dia, bisa saja Anies berseberangan dalam pilihan politik, namun sebagai gubernur ibu kota ia merupakan orang yang paling berkepentingan dalam pembicaraan soal keamanan dan konsolidasi politik demi meredam ketegangan pemilu.

"Terlepas dari itu, Anies bisa mengatakan posisi dia belum menerima hasil pemilu," kata Ray. 

Wakili pemikiran tokoh muda

Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menangkap pesan politik pertemuan itu sebagai upaya murni menyatukan atau konsolidasi politik dari berbagai pihak yang berseberangan. Hal ini karena dalam pembicaraan kemarin, para tokoh mengimbau agar pelaksanaan pemilu dilakukan sesuai aturan. 

Namun yang tidak kalah penting menurut Adi adalah menonjolnya tokoh muda sebagai bagian besar dari pertemuan.

Tokoh seperti Ridwan Kamil, Arya Bima, AHY dan Yenny Wahid menurutnya adalah tokoh muda yang sering diperbincangkan lantaran menuai banyak prestasi. Mereka pun menjadi trend center di Indonesia. 

Dengan majunya para pemuda untuk menyampaikan pesan positif terkait pemilu, Adi menilai penyampaian itu akan lebih efektif. 

"Tokoh muda sepakat menempuh jalur-jalur demokratis. Kalau ada indikasi kecurangan laporkan, kalau ada gugatan pemilu bawa ke MK," ujarnya.

 


Sumber CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar