Mimpi Jadi Orang Kaya ala #CrazyRichSurabayans, Sehatkah?

  • Ahad, 16 September 2018 - 16:45:56 WIB | Di Baca : 1654 Kali

SeRiau - Sebelum ramai #crazyrichbekasians, hasgtag #crazyrichsurabayans sudah lebih dulu heboh. Terlepas dari omongan yang mengganggu dan berkesan pamer kekayaan, banyak orang yang sebetulnya ingin bertingkah serupa. Kaya merupakan hal normal bagi masyarakat awam yang selalu menginginkan perbaikan kondisi. 

Namun, ingin kaya berbahaya jika menghalalkan semua cara. Dikutip dari Huffington Post, kondisi ini disebut affluenza yang merupakan bentuk penyakit mental. Penderitanya melanggar berbagai norma demi memenuhi keinginannya atas materi. Dalam bukunya, Oliver James menulis affluenzasebagai dampak buruk kapitalisme.

"Keinginan yang menyebar sepertivirus ini, dipicu iklan serta celah yang lebar antara yang kaya dan miskin," katanya. 

Gangguan ini tak hanya terjadi pada orang miskin, tapi juga yang berkelimpahan materi. Dampak affluenza sangat berbahaya bagi kondisi kejiwaan pasiennya. Survei internasional pada lebih dari 90 ribu orang menemukan kaitan antara kekayaan dan depresi. Riset yang dimuat dalam jurnal BMC Medicine menyatakan, negara kaya memiliki kasus gangguan mental lebih banyak. Hal ini berbeda dengan negara tak terlalu kaya, yang warganya merasa cukup dan lebih bahagia.

Kenyataan ini mungkin ganjil, namun fakta di Inggris menunjukkan fakta tersebut. Kenaikan gangguan mental terjadi seiring kemajuan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. 

"Peningkatkan kasus gangguan mental tampaknya memang terkait dengan perbaikan kondisi ekonomi," tulis laporan riset yang dilakukan Nuffield Foundation. 

Selain gangguan mental, orang kaya juga rentan merasa lebih mudah sedih. Beberapa orang bisa mengatasi kondisi tersebut dan menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun tak sedikit yang bersandar pada obat anti depresi demi bisa melakukan aktivitas yang tak disukai. Obat juga memungkinkan pasien affluenza menjalani hari seperti orang kebanyakan.

Risiko aflluenza tidak bisa dihindari, selama iklan dan lingkungan sosial masih menilai seseorang berdasar materi. Keterbatasan materi menyebabkan seseorang rentan serakah, takut dan merasa terisolasi. Namun affluenza tetap bisa dicegah sedini mungkin sebelum mengganggu keseimbangan mental. Caranya segera matikan televisi atau internet, dan segera bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sosialisasi bisa mengalihkan fokus dari yang semula memikirkan materi.*#

Sumber: detikhealth





Berita Terkait

Tulis Komentar