WHO Minta Kewaspadaan Ekstrem Jika Negara-negara Mengakhiri Lockdown

  • Selasa, 12 Mei 2020 - 04:05:11 WIB | Di Baca : 1717 Kali

SeRiau - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta adanya "kewaspadaan ekstrem" ketika negara-negara mulai mengakhiri lockdown. Kewaspadaan ini diperlukan di tengah kekhawatiran global tentang gelombang kedua infeksi virus corona.

“Sekarang kita melihat beberapa harapan ketika banyak negara keluar (mengakhiri) dari apa yang disebut lockdown ini,” ungkap Kepala Program Kedaruratan WHO, Dr Mike Ryan, dilansir Reuters, Selasa (12/5). Dia menambahkan "kewaspadaan ekstrem diperlukan".

"Jika penyakit berlanjut pada tingkat rendah tanpa kapasitas untuk menyelidiki klaster, selalu ada risiko bahwa virus akan lepas (menyebar) lagi," imbuhnya.

Pemerintah di seluruh dunia sedang berjuang dengan tantangan bagaimana membuka kembali ekonomi mereka karena lockdown dan pembatasan, sementara masih terjadi pandemi virus corona.

Sebagai contoh Jerman melaporkan percepatan infeksi virus corona setelah mengambil langkah awal untuk memperlonggar lockdown. Korea Selatan, negara yang telah berhasil membatasi infeksi virus, juga menemukan kasus penularan baru di sebuah klub malam. Kedua negara ini lantas memperketat pengawasan.

Ryan berharap Jerman dan Korea Selatan dapat menekan kasus infeksi baru. Ia juga memuji pengawasan kedua negara ini, yang menurutnya merupakan kunci untuk menghindari gelombang penularan kedua yang besar.

"Sangat penting bagi kami untuk mengangkat contoh negara-negara yang bersedia membuka mata," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, pelonggaran dan pencabutan lockdown "rumit dan sulit". 

Tedros mengatakan Jerman, Korea Selatan, dan Cina, yang telah melaporkan sebuah klaster baru. Menurutnya negara-negara ini memiliki sistem untuk menanggapi setiap adanya kasus-kasus baru.

"Sampai ada vaksin, paket langkah-langkah komprehensif adalah seperangkat alat kami yang paling efektif untuk mengatasi virus," kata Tedros.

Para pejabat WHO menekankan studi awal menunjukkan masih ada tingkat antibodi yang lebih rendah dari yang diharapkan terhadap penyakit COVID-19, yang berarti sebagian besar orang tetap rentan.

"Tampaknya ada pola yang konsisten sejauh ini sehingga sebagian kecil orang sejauh ini memiliki antibodi ini," kata Maria van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO. (**H)


Sumber: kumparan.com





Berita Terkait

Tulis Komentar