China Larang Anak-anak dan Remaja Main Game Lebih dari 90 Menit

  • Sabtu, 09 November 2019 - 17:48:29 WIB | Di Baca : 1646 Kali

SeRiau - Ada kabar buruk bagi pemain game yang tinggal di China. Pemerinah Negeri Tirai Bambu tersebut pekan ini memberlakukan serangkaian aturan baru untuk memerangi masalah kecanduan video game di kalangan muda.

Para gamer usia anak-anak dan remaja di sana pun kena imbasnya. Semua orang yang belum berumur 18 tahun kini dilarang main game lebih dari 90 menit per hari. Itu pun dibatasi hanya boleh main antara pukul 08.00 pagi hingga pukul 22.00 malam.

Waktu 90 menit berlaku untuk hari kerja (weekday). Buat akhir pekan, batasannya dilonggarkan menjadi 180 menit alias 3 jam.

Tak cuma soal waktu, jumlah uang yang dibelanjakan untuk transaksi di dalam game -misalnya untuk membeli item virtual- juga ditentukan maksimal hanya senilai Rp 392.000 hingga Rp 800.000 per bulan, tergantung umur si gamer.

Padahal, China merupakan salah satu pasar game online terbesar dengan nilai pendapatan mencapai 33 miliar dollar AS (Rp 462 triliun) per tahun.

Nantinya, untuk mengimplementasikan serangkaian batasan di atas, semua gamer di bawah umur di China mesti login ke game online dengan nama asli dan nomor kartu identitas.

Cegah rabun jauh dan gangguan belajar

Aturan-aturan pembatasan game diberlakukan untuk mencegah anak-anak dan remaja China terkena efek negatif bermain game, seperti kecanduan, kerusakan mata (rabun jauh), hingga terganggunya kegiatan belajar mengajar yang bisa mempengaruhi nilai akademis.

"Masalah-masalah (akibat game) ini berdampak pada kesehatan fisik dan mental dari kalangan muda, juga kehidupan dan kegiatan belajar mereka," sebut otoritas publikasi China, National Press and Publication Administration, dalam sebuah pernyataan.

Sebagian analis berpendapat aturan baru soal pembatasan game kemungkinan tidak akan berpengaruh banyak terhadap industri game online China. Sebab, banyak pembuat game yang memang sudah menerapkan batasan umur pemain sedari awal.

Beberapa pihak menyambut regulasi pemerintah Negeri Panda ini dengan skeptis karena kemungkinan masih bisa diakali oleh pemain belia dengan sejumlah cara. Mereka, misalnya, bisa saja memakai nama dan nomor identitas orangtua untuk login.

Pembatasan juga kemungkinan bakal sulit dipantau apabila orang yang bersangkutan bermain game offline yang tidak tersambung ke internet atau akun online, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari New York Times, Sabtu (9/11/2019). (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar