Israel Desak Sanksi jika Iran Langgar Perjanjian Nuklir

  • Senin, 17 Juni 2019 - 23:17:33 WIB | Di Baca : 1079 Kali

SeRiau - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, langsung bereaksi setelah pemerintah Iran menyatakan persediaan hasil pengayaan uranium mereka akan melewati batas yang ditentukan dalam perjanjian nuklir 2015 lalu. Dia mendesak supaya dunia menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Iran jika melanggar perjanjian.

"Kembali jatuhkan sanksi. Dalam situasi apapun, Israel tidak akan mengizinkan Iran mempunyai senjata nuklir," kata Netanyahu dalam pidato di Israel, seperti dilansir Associated Press, Senin (17/6).

Netanyahu menyatakan Israel berada dalam satu barisan dengan Amerika Serikat dan sejumlah negara-negara Arab yang menentang Iran.

Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyatakan saat ini hanya tersisa sedikit waktu untuk menyelamatkan perjanjian nuklir itu. Dia menyatakan Iran juga tidak ingin merusak kesepakatan itu.

"Situasi saat ini sangat kritis dan Prancis serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam kesepakatan itu mempunyai kesempatan sangat terbatas untuk memainkan peran mereka demi menyelamatkan perjanjian itu," kata Rouhani di sela-sela pertemuan dengan Duta Besar Prancis, Philippe Thiebaud.

"Tidak ada keraguan kegagalan kesepakatan itu tidak akan menguntungkan Iran, Prancis, atau negara mana pun di dunia," ujar Rouhani.

Pemerintah Iran menyatakan persediaan hasil pengayaan uranium mereka dalam sepuluh hari mendatang akan melebihi batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir yang ditandatangani empat tahun lalu.

"Produksi pengayaan uranium telah kami tingkatkan menjadi empat kali lipat dan akan terus bertambah dalam waktu mendatang, sehingga dalam 10 hari akan melampaui batas 300 kilogram," kata Juru Bicara Badan Tenaga Atom Iran, Behrouz Kamalvandi.

Dalam kesepakatan itu Iran dibatasi melakukan pengayaan uranium heksaflouride sebanyak 300 kilogram sebesar 3,67 persen, yang setara dengan 15 tahun produksi.

Iran menyatakan akan mengurangi kepatuhan mereka dalam perjanjian itu sebagai bentuk protes terhadap Amerika Serikat. Sebab, Presiden Donald Trump memutuskan keluar dari kesepakatan itu pada 8 Mei 2018 lalu, setelah menuduh Iran mengembangkan program peluru kendali dan terlibat dalam konflik di sejumlah wilayah di Timur Tengah.

Bahkan Trump menjatuhkan sejumlah sanksi baru terhadap Iran. Hal ini membuat Iran berang dan menyatakan Trump tidak menepati janji.

Padahal, Iran menandatangani perjanjian itu dengan harapan AS dan sejumlah negara Eropa mencabut sanksi internasional atas mereka. Sebagai gantinya, Iran memangkas produksi pengayaan uranium supaya program nuklir mereka tidak bisa dijadikan hulu ledak. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar