Putus Asanya Wartawan dan Pudarnya Harapan di Tunisia

  • Jumat, 28 Desember 2018 - 08:32:25 WIB | Di Baca : 1070 Kali

SeRiau - Di depan kamera ponsel yang dia pegang dengan tangan kirinya, Abdurrazak Zarqawi menyampaikan pesan terakhir sebelum mengguyur dirinya dengan sebotol bensin.

"Demi para putra Kasserine yang tidak punya pilihan untuk penghidupan, hari ini aku memulai revolusi. Aku akan membakar diri," kata Zarqawi dalam video yang beredar di media sosial.

Dilansir dari laman Al Jazeera, Kamis (27/12), aksi Zarqawi kemudian memicu kerusuhan di sejumlah kota di Tunisia. Warga di Kota Kasserine, 270 kilometer dari Ibu Kota Tunis, dan beberapa kota lain turun ke jalan hingga bentrok dengan aparat.

Zarqawi adalah suara dari barisan kecewa yang menagih janji perubahan setelah Musim Semi Arab pada 2011 yang menjatuhkan Presiden Ben Ali.

Dia mencoba menyuarakan penderitaan rakyat Tunisia yang kini menghadapi sulitnya krisis ekonomi dan merajalelanya korupsi serta pengangguran.

Polisi kemudian mengatakan Zarqawi meninggal Senin lalu akibat mengalami luka bakar tak lama setelah dilarikan ke rumah sakit.

Warga yang turun ke jalan sejak Senin malam kemudian bentrok dengan aparat. Polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa. Warga membakar ban dan melempar batu ke arah aparat.

Juru bicara Menteri Dalam Negeri Sofiane Zaag Selasa lalu mengatakan enam polisiluka dan sejumlah orang ditangkap karena kerusuhan itu.

Pengangguran dan kemiskinan kian parah di Tunisia. Ditambah serangkaian serangan dari kelompok militan yang terkait Al Qaidah dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Serikat Jurnalis Nasional Tunisia menyerukan rakyat turun ke jalan memprotes pemerintah sebagai bentuk response atas kematian Zarqawi. Wartawan lain mengungkapkan solidaritas kepada Zarqawi seraya mendesak perlindungan bagi para pekerja lepas dan menuntut perbaikan upah jurnalis.

"Alasan bunuh diri anak muda ini adalah karena kemiskinan dan keterbatasan serta situasi rawan yang dialami banyak jurnalis," kata Latifa Labiadh dari stasiun radio Amal.

Kasus membakar diri sebelumnya pernah dilakukan Muhamad Buazizi pada 2010--seorang pedagang jalanan--yang mengeluh karena tingginya tingkat pengangguran, korupsi dan tekanan dari pemerintah. Peristiwa itu memicu demo besar-besaran karena beredar luas di media sosial sampai akhirnya pemimpin otoriter Tunisia yang berkuasa puluhan tahun, Presiden Zine El Abidin Ben Ali jatuh pada 2011. Peristiwa yang jadi awal dari Musim Semi Arab itu akhirnya merembet ke Libya, Yaman, dan Mesir. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar