Menteri Pertahanan Israel Mundur, Hamas Sebut Kemenangan Gaza

  • Rabu, 14 November 2018 - 23:08:24 WIB | Di Baca : 1050 Kali

SeRiau - Menteri Petahanan Israel Avigdor Lieberman mengundurkan diri dan menyerukan agar pemilihan umum di negaranya segera dilakukan.

Keputusan ini diambil Lieberman setelah berselisih dengan pemerintahan Benyamin Netanyahu soal kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan Israel di Gaza, Palestina.

"Gencatan senjata dengan Gaza itu menyerah pada teror. Ini menimbulkan efek kerusakan jangka panjang terhadap keamanan nasional Israel," kata Lieberman seperti dilaporkan AFP, Rabu (14/11).

Atas dasar itu, Liebermen menegaskan koalisi partai sayap kanan Israel Beitenu telah meninggalkan koalisi konservatif pimpinan Perdana Menteri Netanyahu. Sikap ini membuat Netanyahu hanya bisa mengedalikan 61 dari 120 kursi di parlemen, tepatnya setahun sebelum pemilu Israel.

"Kalau saya tetap jadi menteri, saya tidak akan bisa melihat warga selatan," kata Lieberman yang merujuk pada warga Israel di wilayah Selatan diklaim menjadi sasaran roket Hamas sebelum gencatan senjata.

Hamas Suarakan Kemenangan

Pengunduran diri Lieberman membuat warga Palestina khususnya Hamas 'gembira'.

"Ini kemenangan politik bagi Gaza," seru Hamas, serperti dikutip AFP, Rabu (14/11).

Sementara itu Netanyahu menegaskan tetap akan melakuan gencatan senjata walaupun Menteri Pertahanan Israel mundur.

"Pada saat darurat, ketika membuat keputusan penting untuk keamanan, publik tidak dapat selalu mengetahui pertimbangan yang harus disembunyikan dari musuh," kata Netanyahu.

"Musuh-musuh kami memohon gencatan senjata," imbuhnya.;

Setelah terlibat saling serang selama dua hari, Hamas dan militer Israel menyatakan gencatan senjata. Kedua belah pihak mau menahan diri setelah dibujuk oleh Mesir pada Selasa (13/11) kemarin untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak di Jalur Gaza, Palestina dan Israel.

"Upaya Mesir berhasil membuat para pejuang dan Zionis melakukan gencatan senjata. Kami akan menghormati kesepakatan ini selama musuh Zionis kami juga melakukan hal yang sama," demikian pernyataan Hamas, yang dilansir AFP, Rabu (14/11).

Dalam pertempuran digelar sejak Minggu pekan lalu, sudah tujuh pejuang Hamas di Jalur Gaza gugur akibat serangan Israel. Sekitar 160 bangunan yang dianggap sebagai target, termasuk kantor polisi Hamas dan stasiun televisi Al Aqsa TV hancur akibat serangan udara Israel. Seluruh sekolah di selatan Israel dan Jalur Gaza ditutup.

Di Israel, satu orang tewas akibat serangan roket Hamas. Kemudian 28 orang lainnya, termasuk seorang prajurit, terluka akibat serangan roket, mortir, dan rudal anti tank. Diperkirakan Hamas meluncurkan 460 roket ke Israel.

Meski Hamas dan Israel menyatakan gencatan senjata, situasi di Jalur Gaza masih tegang. Perang pun bisa pecah kembali sewaktu-waktu.

Hamas menyatakan pertempuran terjadi setelah serdadu Israel menembaki pasukan Brigade Izzudin Al Qassam yang sedang berjaga di Khan Yunis dari dalam mobil biasa. Mereka lantas kabur kemudian dikejar oleh pasukan Hamas.

Israel mengklaim operasi militer yang digelar pada Minggu pekan lalu bersifat intelijen untuk mengumpulkan informasi, dan bukan bertujuan membunuh atau menculik. Mereka juga mengakui kalau operasi itu tidak berjalan sesuai rencana.

Ternyata jet tempur Israel yang mengawal lantas menyerang pasukan Hamas yang sedang mengejar target dengan dalih melindungi rekan mereka. Hamas kemudian membalasnya dengan serangan roket ke selatan Israel.

Hamas sudah menggelar pemakaman untuk tujuh pejuang mereka yang gugur pada Senin kemarin. Dikhawatirkan hal ini bisa memicu perang baru. Sebab, sudah berbulan-bulan situasi di Jalur Gaza memanas akibat sikap represif Israel yang membunuh warga sipil, saat unjuk rasa besar-besaran di kawasan perbatasan sejak 30 Maret lalu. Sekitar 231 warga Palestina meninggal karena dibunuh pasukan Israel dengan ditembak ketika demonstrasi, lainnya akibat serangan udara dan tank. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar