Kronologi 'Mencla-Mencle' Saudi Soal Pembunuhan Khashoggi

  • Rabu, 24 Oktober 2018 - 14:33:19 WIB | Di Baca : 1142 Kali

 

SeRiau - Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa wartawan kritis Jamal Khashoggi tewas di konsulat mereka di Istanbul akibat sebuah 'operasi liar' agen rahasia Saudi, namun menekankan tidak ada hubungannya dengan Putra Mahkota Mohammad bin Salman.

Laporan terbaru tentang apa yang terjadi pada 2 Oktober itu bertolak belakang dari berbagai pernyataan para pejabat Saudi yang disampaikan sebelumnya.

Di sisi lain, pernyataan itu juga bertentangan dengan yang dikatakan oleh pihak berwenang Turki yang mengklaim bahwa mereka memiliki bukti berupa video dan audio bahwa Khashoggi dibunuh.

Pembunuhan itu, menurut Turki, dilakukan sebuah tim berkekuatan 15 orang yang tiba di Turki tanggal 2 Oktober itu dan bertolak pergi lagi pada hari yang sama.

Sementara menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di parlemen, Selasa (24/10), pembunuhan itu sudah dirancang dengan rapi sejak jauh hari sebelumnya.

Simak 'mencla-mencle'-nya Arab Saudi yang mengubah-ubah cerita sejak penghilangan Khashoggi pertama kali dilaporkan.

3 Oktober: 'Dia meninggalkan konsulat dalam keadaan hidup' Khashoggi, yang hidup di pengasingan di Amerika Serikat, dilaporkan hilang beberapa jam setelah dia memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, untuk mendapatkan dokumen perceraian terdahulu yang akan memungkinkannya untuk menikahi tunangannya, seorang perempuan Turki.
Keesokan harinya seorang pejabat Saudi berkeras bahwa Khashoggi telah meninggalkan Konsulat tidak lama setelah mendapatkan dokumen. Dia menekankan bahwa Khashoggi 'sudah tidak berada di konsulat, tidak juga di tahanan Saudi'.

Konsulat kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa mereka bekerja sama dengan pihak berwenang Turki 'untuk mengungkap kejadian' hilangnya Khashoggi.

Adik Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan duta besar Saudi untuk AS, Pangeran Khaled bin Salman, menerbitkan surat terbuka pada 8 Oktober, yang menyebut bahwa laporan tentang kematian Khashoggi adalah 'sepenuhnya palsu dan tidak berdasar".
"Jamal adalah warga negara Saudi yang hilang setelah meninggalkan konsulat," tulisnya.

"Setelah pemerintah Turki dan media diizinkan untuk memeriksa gedung konsulat secara menyeluruh, tuduhan itu berubah menjadi klaim yang keterlaluan bahwa dia dibunuh, di konsulat, saat jam kerja, dan dengan puluhan staf dan pengunjung berada di gedung itu," katanya.

"Saya tidak tahu siapa di balik tuduhan ini, atau apa niat mereka. Dan saya tidak peduli juga sebenarnya."
Menyusul percakapan telepon dengan Raja Salman, Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa raja Saudi menyatakan tidak tahu menahu tentang hilangnya Khashoggi.

Trump menggambarkan bahwa sang raja menyangkal dengan "sangat, sangat keras".

"Buat saya peristiwa itu sepertinya bisa saja merupakan (perbuatan) pembunuh liar," kata Trump. "Siapa tahu?" tambahnya pula.

20 Oktober: 'Perkelahian dan adu jotos'
Pada 20 Oktober, pemerintah Saudi mengeluarkan siaran pers menyusul dilakukannya suatu 'investigasi awal' oleh dinas penuntut umum Saudi.

Dikatakan penyelidikan mereka 'mengungkapkan bahwa terjadi diskusi antara (Khashoggi) dan orang-orang yang bertemu dengannya ... di konsulat Saudi di Istanbul yang berujung pada perkelahian dan adu jotos".

Hal itulah, menurut mereka, yang menyebabkan kematian Khashoggi.
Pernyataan resmi kedua pada hari yang sama menyatakan bahwa terjadi 'pertengkaran dan perkelahian' antara wartawan itu dan sejumlah orang di konsulat, mengakibatkan kematian Khashoggi, dan orang-orang itu 'berupaya menyembunyikan apa yang telah terjadi.'

Dalam wawancara dengan Fox News, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir untuk pertama kalinya menggunakan istilah 'pembunuhan' dalam menyebut kematian Khashoggi.

"Kami bertekad untuk menemukan semua fakta, dan bertekad untuk menghukum siapa pun yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini," katanya.

"Orang-orang yang melakukan ini, melakukannya di luar lingkup kewenangan mereka," katanya. "Bahkan para pemimpin tinggi dinas intelijen kami tidak menyadari kejadian ini," tambahnya. Ia menyebutnya sebagai 'operasi liar'.

"Jelas mereka melakukan kesalahan besar. Dan kesalahan itu jadi lebih besar lagi karena mereka berupaya untuk menutup-nutupinya."

 

 


Sumber Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar