Krisis Ekonomi Zimbabwe, KFC Tutup Karena Kehabisan Stok Daging Ayam

  • Jumat, 12 Oktober 2018 - 16:06:46 WIB | Di Baca : 1075 Kali

SeRiau - Jejaring restoran cepat saji KFC yang beroperasi di Zimbabwe tutup untuk sementara waktu karena krisis uang tunai yang terjadi di negara itu terus memburuk.

Di cabang restoran mereka yang berada di Ibu Kota Zimbabwe, Harare, dan Kota Bulawayo, KFC mengumumkan mereka kesulitan mendapatkan pasokan daging ayam.

KFC memutuskan untuk terus menutup usaha mereka selama krisis uang tunai di negara itu belum terpecahkan.

"Keputusan ini disebabkan kami tak mendapatkan bahan dari pemasok, karena mereka menginginkan uang dalam mata uang dolar Amerika."

"Kami akan melakukan segala hal untuk melanjutkan usaha sesegera mungkin," demikian pengumuman KFC itu.

Kesulitan serupa juga terjadi pada restoran piza St Elmos yang menutup usaha sampai waktu yang belum ditentukan.

St Elmos memiliki alasan tambahan, yakni membutuhkan waktu untuk pembersihan dan perbaikan restoran.

Seperti KFC dan St Elmos, restoran Chicken Inn juga kehabisan stok daging ayam. Seperti dilaporkan koran milik pemerintah, Chronicle, Chicken Inn tak dapat memastikan kapan pasokan bahan makanan akan kembali normal.

Krisis uang tunai di Zimbabwe berdampak langsung pada berbagai sektor usaha. Sejumlah apotek di Bulawayo tak beroperasi.

Pekan lalu, harian Financial Gazettemelaporkan, sejumlah toko kehabisan barang dan bahan penting karena jumlah mata uang asing di negara itu semakin terbatas.

Zimbabwe tak lagi menggunakan mata uang mereka sejak 2009 dan mengadopsi mata uang asing, termasuk dolar AS.

Pemerintah Zimbabwe menerbitkan dolar versi lokal pada 2016 untuk mengurangi krisis uang tunai. Namun dalam waktu singkat, mata uang baru itu kehilangan nilai.

Hampir setahun sejak Robert Mugabe diturunkan paksa dari kursi presiden melalui kudeta militer, pemerintah Zimbabwe masih terus berupaya mencari jalan keluar atas situasi ekonomi mereka.

Krisis ekonomi yang terjadi, menurut pakar ekonomi dari Universitas Zimbabwe, Ashok Chakravarti, disebabkan pengeluaran besar-besaran pemerintah selama bertahun-tahun, termasuk korupsi, kebijakan tak menentu, dan transaksi ekspor yang lesu.

Menteri Ekonomi Zimbabwe yang baru, Mthuli Ncube, belakangan ini mendapatkan dukungan internasional untuk menyeimbangkan perekonomian.

Ncube berencana memotong pengeluaran negara dan melakukan privatisasi perusahaan asing. Upaya itu disebutnya akan dilakukan beriringan dengan pembayaran utang luar negeri agar bantuan internasional dapat segera tersalurkan ke Zimbabwe. (**H)


Sumber: okezone.com





Berita Terkait

Tulis Komentar