Jangan Anggap Sepele, Kurang Tidur Bisa Picu Berbagai Penyakit Berat

  • Rabu, 14 Maret 2018 - 06:41:12 WIB | Di Baca : 1337 Kali

SeRiau - Penelitian terbaru dalam Journal Sleep melaporkan “wabah sulit tidur” yang mendunia memengaruhi sekira 150 juta orang di seluruh wilayah dunia yang sedang berkembang.

Tingkat masalah tidur di Asia mencapai tingkatan yang terlihat di negara-negara berkembang dan berhubungan terhadap peningkatan gangguan seperti depresi dan kegelisahan. Sementara itu penelitian-penelitian lain menyebutkan prevalensi insomnia di Indonesia dilaporkan sebanyak 10% dari jumlah populasi atau sekitar 28 juta orang.

Gangguan tidur, khususnya insomnia, sudah menjadi hal yang umum terjadi pada masyarakat modern, dipicu oleh gaya hidup yang sibuk, stres serta berkembangnya produk elektronik, yang berujung pada kurang tidur. Kurang tidur atau buruknya kualitas tidur diketahui memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan dalam jangka panjang dan pendek.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa perbandingan kualitas tidur dibandingkan kuantitas tidur memiliki pengaruh yang lebih besar pada kualitas hidup dan fungsi tubuh pada siang hari.

Lagipula, gangguan tidur tidak hanya diderita oleh orang tua tapi juga memengaruhi orang-orang pada usia produktif terkait dengan gaya hidup masa kini, tekanan hidup, kafein dan faktor lainnya.

Dalam jangka panjang, orang-orang dengan insomnia ditakutkan mengurangi produktivitas dan kualitas hidup mereka.

Edward Yong, seorang konsultan kesehatan, menyebutkan bahwa insomnia membawa dampak serius pada kesehatan fisik.

“Jangan anggap sepele, kurang tidur dapat memicu peningkatan nafsu makan yang menyebabkan obesitas dan diabetes, jantung koroner, hipertensi, gangguan sistem kekebalan tubuh dan banyak lagi.

Hipertensi dilaporkan menjadi salah satu penyakit dengan pengobatan serius,” ungkap Edward.

Mengingat potensi pada dampak negatif insomnia, Edward menyarankan tiga elemen kualitas tidur yang baik terdiri dari durasi, yaitu panjang tidur harus cukup bagi seseorang untuk beristirahat dan bangun pada keesokan harinya. Kontinuitas, yaitu waktu tidur tidak terhenti. Kemudian ditambah, kedalaman yakni tidur harus cukup dalam/lelap sehingga seseorang merasa segar saat terjaga

Untuk meningkatkan kualitas tidur, terapi kesehatan sangat baik dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan matras kesehatan elektrik. Terapi tersebut ditemukan di Jepang pada awal 1928 dan setelah 40 tahun menjalani studi klinis.

Kementerian Kesehatan Jepang telah mengakui terapi potensial elektrik sebagai peralatan kesehatan tahun 1968. Kementerian Kesehatan Jepang mengakuinya sebagai alat kesehatan yang dapat memperbaiki 8 gejala berikut, seperti sakit kepala, Insomnia akut, nyeri bahu/leher, sembelit, gangguang pencernaan, tangan/kaki dingin, nyeri otot, dan kelelahan kronis. (*JJ)


Sumber: Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar