Persediaan Paracetamol Sudah Habis di Beberapa Puskesmas , Helda : Pemesan Obat Pakai e - Katalog Penyebabnya?

  • Jumat, 28 Juli 2017 - 08:51:02 WIB | Di Baca : 1288 Kali
Pekanbaru, SeRiau- Tidak hanya mengeluhkan perawatan yang diberikan dokter dan perawat di Puskesmas Simpang Tiga, masyarakat juga mengeluhkan kosongnya obat. Hal ini membuat masyarakat kecewa dan mempertanyakan kinerja dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Rahmawati (35) salah satu warga di Kecamatan Marpoyan Damai saat ditemui di Puksesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru yang hendak memeriksakan anaknya kecewa karena pihak puskesmas tidak memberikan obat demam bagi anaknya baik paracetamol dan sirup. "Masak Puskemas bisa kehabisan obat. Inikan aneh sekali. Kami sebagai warga kurang mampu benar-benar kecewa. Kami minta Pak Walikota turun tangan untuk mengatasi persoalan ini," kata Rahmawati yang mengaku memiliki tiga anak ini, Jumat (28/7/2017). Menanggapi persoalan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Helda Suryani Munir menyebutkan, kekosongan beberapa item obat di Puskemas Simpang Tiga akibat adanya kekosongan stok obat di Instalasi Farmasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Kondisi ini disebabkan akibat sistem pemesanan obat yang menggunakan e-catalog. Sistem pengadaan e catalog dimulai sejak Maret 2017  lalu. "Selain karena disebabkan sistem pemesanan obat yang menggunakan e-catalog, kekosongan obat juga akibat dari adanya perubahan kontrak antara Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) Pusat Jakarta dengan penyedia obat yang ditunjuk pada  awal April 2017 lalu," kata Helda menjawab. Tidak hanya itu, menurut Helda kekosongan obat di Puskemas tersebut juga akibat kekosongan bahan baku obat untuk pembuatan obat paracetamol baik yang tablet, syrup dan drop. "Pihak penyedia mengatakan bahan baku untuk paracetamol baru tersedia awal Agustus 2017 mendatang," ujarnya. Helda membenarkan terkait obat paracetamol yang kosong dan sudah habis dibeberapa Puskemas di Pekanbaru. Baik paracetamol untuk orang dewasa maupun anak-anak. "Tahun 2016 lalu pengadaannya seharusnya pakai e-catalog. Tapi diakhir tahun ternyata pengadaannya ditolak oleh penyedia karena tidak ada barang. Sehingga kita adakan lagi dengan cara non e-catalog dengan harga survey pasar," beber Helda. (***)





Berita Terkait