Catatan Pengajar Praktik Guru Penggerak, Link And Match Antara Industri dan Pendidikan

  • Rabu, 06 Januari 2021 - 12:13:11 WIB | Di Baca : 1912 Kali

 

Seriau,- Berawal dari kegelisahan saya selaku pendidik melihat tumpukan sampah daun ketapang yang sudah tua setiap dua atau tiga jam sekali di pekarangan sekolah yang sampai saat itu solusinya hanya mengumpulkan dan membuangnya ke tempat sampah. Saya jadi berfikir setiap yang ada di muka bumi ini pasti ada kebermanfaatan ketika kita mau untuk mencari manfaatnya, saya pun menindaklanjuti dengan mengambil beberapa daun yang jatuh dan saya libatkan siswa yang mempunyai kompetensi di bidang penelitian saat itu. Alhasil dalam 1 minggu melakukan percobaan di rumahnya ternyata sampah daun ketapang yang sudah tua mempunyai peluang untuk diolah. Saya pun mulai mencoba mencari referensi dan bertanya kepada komunitas guru berprestasi di group saya mereka menyarankan untuk memberikan satu saran untuk diolah menjadi BRIKET. Saya pun mulai bekerja dengan siswa dan melibatkan guru di sekolah, alhasil jadilah briket tersebut dan itu sebagai produk SMAN 4 Pekanbaru yang sudah lolos uji lab berstandar nasional oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

Pekanbaru adalah ibu kota dan merupakan kota terbesar Provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan salah satu sentra ekonomi terbesar di bagian timur Pulau Sumatera. Pekanbaru termasuk kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi. Kota Pekanbaru tumbuh pesat dengan berkembangnya industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi, serta pelaksanaan otonomi daerah. SMA Negeri 4 Pekanbaru berlokasi di Jalan Adi Sucipto, No.67, Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru. SMA telah berdiri dari tahun 1980. Sekolah dengan luas bangunan 6.013 m2 berdiri di atas tanah seluas 15.820 m2. Ditinjau dari perbandingan bangunan dengan luas area sekolah, terlihat bahwa masih banyak lahan kosong yang kini dimanfaatkan oleh SMA Negeri 4 Pekanbaru sebagai lahan hijau. Hal ini salah satu faktor yang menjadikan SMA Negeri 4 Pekanbaru sebagai sekolah adiwiyata dan peduli lingkungan. Lahan hijau yang tersedia di sekolah, telah dimanfaatkan dan ditata sedemikian rupa sehingga tidak hanya bernilai estetik namun juga berfungsi sebagai peneduh. Agar sekolah terlihat teduh dan asri, maka dipilihlah salah satu jenis pohon yang kaya akan manfaat seperti yang telah di jelaskan di latar belakang yaitu Pohon Ketapang. Pohon ini cocok tumbuh dan mampu bertahan dalam iklim Kota Pekanbaru yang cenderung panas.

Disisi lain daun ketapang juga memiliki kekurangan salah satunya adalah sampah daun dan biji yang dihasilkan oleh Pohon Ketapang sangatlah banyak sehingga menimbulkan dampak penumpukan sampah organik berupa daun dan biji ketapang. Permasalahan inilah yang ingin kami atasi dengan mengubah sampah daun ketapang kering menjadi bahan bakar alternatif yaitu berupa BRICKET daun ketapang. Sedangkan untuk daun yang masih hijau akan kami olah menjadi jus daun ketapang yang memiliki banyak manfaat. SMA Negeri 4 Pekanbaru juga didulang sebagai sekolah sehat yang peserta didiknya telah diberikan pembelajaran mengenai pentingnya gaya hidup sehat dan pola makan makanan yang sehat.

Menindaklanjuti program sekolah sehat ini, peserta didik SMA Negeri 4 Pekanbaru telah membudayakan program makanan sehat dimana peserta didik diminta membawa bekal makanan dari rumah yang berisi makanan pokok dan buah- buahan. Hal ini tentunya memunculkan permasalahan sampah organik lainnya yaitu berupa sisa makanan dan buah-buahan yang akan berbau busuk jika dibiarkan bertumpuk begitu saja. Agar permasalahan ini tidak berkelanjutan, maka pihak sekolah berinisiatif untuk mendaur ulang sampah makanan dan buah ini menjadi pupuk organik cair yang dapat dimanfaatkan kembali untuk sektor pertanian atau perkebunan.

Potensi/ Komponen
1. Peserta Didik.

Peluang
* Jumlah peserta didik 1200 orang

Tantangan
* Sampah sisa bekal makanan

* Sampah kulit, buah-buahan dan  buahan-buahan busuk

* Pembelajaran bermakna, malatih daya pikir tingkat tinggi, melatih komunikasi, melatih kolaborasi, melatih sikap komunikasi anak, mengembangkan jiwa kewirausahan dan kemandirian, pengembangan kreatifitas, program pengenalan dan pelestarin budaya

Potensi Kewirausahaan
* Sampah sisa makanan, kulit buahan-buahan dan atau buah-buahan busuk dapat diolah menjadi produk bernilai guna dan bernilai jual berupa “Pupuk Organik Cair”

* Dalam rangka memfasilitasi pembelajaran bermakan terutama pelajaran biologi bagi peserta maka potensi kewirausahaan yang muncul dengan mengajak siswa melaksanakan praktik budidaya jamur tiram jiwa putih di sekolah dan pembuatan bricket daun ketapang.

* Dalam rangka melestarikan kebudayaan melayu dan meningkatkan kreativitas
peserta didik, maka peluang kewirausahaan yang muncul adalah dengan menghasilkan produk-produk kerajinan tangan bernuansa melayu.

2. Potensi/ Komponen
Pendidik

Peluang
* Jumlah pendidik 80 orang

Tantangan
* Meningkatkan kompetensi dan kreatifitas

* Memfasilitasi pembelajaran bermakana

Potensi Kewirausahaan
* Menjadi fasilitasi kepada peserta didik untuk memiliki jiwa kewirausahaan.

3.Potensi/ Komponen
Sarara dan Prasarana

Peluang
*Lingkungan dan tata ruang yang mendukung

Tantangan.
* Sampah daun dan biji yang dihasilkan dari daun pohon ketapang

Potensi Kewirausahaan

* Pembuatan jus dari daun ketapang muda/ hijau

* Pembuatan bricket dari sampah daun ketapang.

Deskripsi Produk

Berdasarkan latar belakang serta analisis kondisi dan potensi lokal yang ada, maka kami akan mengusung 3 macam produk unggulan dan 1 produk yang sudah berjalan hasil daur ulang sampah organik yang ada di SMA Negeri 4 Pekanbaru yaitu:

1. Jus Daun Ketapang

Jus daun ketapang adalah minuman berkhasiat untuk kesehatan dan kebugaran

tubuh. Jus ini dibuat dari daun ketapang segar yang masih hijau, terlebih daun ketapang yang masih muda. Disajikan dengan bahan campuran berupa jeruk nipis agar rasa jus menjadi lebih segar serta madu sebagai pemanis alami menjadikan jus ini nikmat untuk dikonsumsi. Kehadiran jus ini diharapkan mampu menembus pasar dengan kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat. Selain itu juga, seiring perkembangan zaman, masyarakat juga telah teredukasi dengan manfaat bahan-bahan herbal organik yang diyakini efektif sebagai alternatif pengobatan berbagai macam penyakit. Daun ketapang yang mengandung 12 macam tanin yang dapat dihidrolisis menghasilkan fenol polihidroksi yang baik untuk kesehatan tubuh ditambah dengan madu yang kaya akan manfaat inipun diharapkan mampu menjadi salah satu obat herbal yang dibutuhkan masyarakat. Jus daun ketapang akan berkhasiat untuk mengurangi hipertensi, menghilangkan sariawan, menyembuhkan penyakit kulit, melancarkan pencernaan dan meredakan nyeri haid. Berikut merupakan alat/bahan dan cara pembuatan jus daun ketapang:

Alat dan Bahan: Blender, Daun Ketapang, Jeruk Nipis, Madu, Air

Cara Pembuatan:

1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2) Bersihkan daun ketapang

3) Masukkan daun ketapang, jeruk nipis, gula/madu dan air secukupnya ke dalam blender

4) Blender hingga halus

5) Jus daun ketapang siap dihidangkan

2. Bricket Daun Ketapang

Indonesia  adalah  salah  satu  negara  yang  memiliki  kekayaan  alam  berupa

Sumber daya mineral yang besar. Sumber daya mineral seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara merupakan hal penting dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dunia. Sumber daya mineral sendiri merupakan endapan mineral yang berasal dari dalam perut bumi yang sifatnya tidak bisa diperbaharui karena pembentukannya membutuhkan waktu yang lama bahkan hingga berjuta-juta tahun. Dewasa ini, sumber daya mineral telah dieksploitasi secara besar-besaran dan terus menerus yang mengakibatkan penurunan jumlah atau ketersediaan sumber daya mineral. Kondisi seperti ini jika dibiarkan berkelanjutan akan menimbulkan krisis terhadap kebutuhan mineral karena sumber daya mineral telah habis. Kita tidak bisa menghentikan penggunaan sumber daya mineral ini, namun kita bisa memberikan solusi/alternatif untuk mengurangi penggunaannya. Melihat kondisi ini, tim kewirausahaan SMA Negeri 4 Pekanbaru berinisiatif menghadirkan sebuah inovasi produk bahan bakar alternatif yang terbuat dari sampah organik. Produk ini dinamakan “Bricket Daun Ketapang”.

Bricket daun ketapang dibuat dari daun ketapang kering yang telah jatuh dan menjadi sampah di lingkungan sekolah. Proses pembuatan bricket ini tidaklah sulit. Kondisi sekolah dengan pohon ketapang sebagai populasi terbesar menjadikan bahan untuk pembuatan bricket ini sangat mudah di dapat. Bricket ini sebenarnya juga bisa dihasilkan dari biji ketapang, namun struktur biji yang keras membutuhkan alat pencacah/penghancur biji agar lebih efektif dan efisien. Pembuatan bricket ini diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam mengurangi penggunaan sumber daya mineral secara besar-besaran. Hal ini juga menjadi sebuah solusi jitu dalam

menanggulangi masalah sampah daun ketapang yang ada di sekolah khususnya dan pada lingkungan Provinsi Riau pada umumnya. Keunggulan produk ini adalah bricket yang dihasilkan memiliki daya panas yang lebih tinggi dan ketahanan panas yang lebih lama jika dibandingkan bricket pada umumnya. Berikut akan dijelaskan mengenai alat/bahan serta cara pembuatan bricket daun ketapang.

Alat dan Bahan:

• Kaleng bekas tanaman (wadah untuk pembakaran), Pipa/Bambu (sebagai cetakan bricket), Ember, Lesung, Daun ketapang,Tepung kanji (sebagai perekat)

Cara Pembuatan:

1) Siapkan kaleng bekas tanaman (untuk proses pembakaran/pengarangan sampah organik)

2) Masukkan sampah kering ke dalam kaleng bekas tanaman dan kemudian ditutup supaya tidak ada udara di dalam kaleng, jika terdapat udara maka pengarangan akan gagal karena daun akan menjadi abu. Kemudian bakar kaleng tersebut.

Guru dan Peserta didik SMA Negeri 4 Pekanbaru Memegang
Sampah Daun Ketapang

3) Apabila proses pengarangan telah selesai, api dimatikan.

4) Siapkan alat penumbuk untuk menghaluskan daun yang telah menjadi arang tersebut.

5). Saringlah arang yang telah ditumbuk agar memperoleh tekstur yang lebih halus dan minim sampah

6. Buatlah lem dengan cara melarutkan tepung kanji dengan air panas.

7. Arang yang telah halus kemudian dicampur dengan lem kanji dan diaduk hingga rata.

8) Apabila telah tercampur dengan rata, maka cetak adonan tersebut ke pipa/bambu.

9) Setelah dicetak, jemur bricket yang basah dibawah sinar matahari hingga kering.

3. Pupuk Organik Cair

Sektor  perdagangan  dan  jasa  di  Pekanbaru  dapat  dilihat  dari  pasar-pasar tradisional dan wisata kuliner yang masih beroperasi dengan sangat baik. Pasar tradisional sendiri tentunya tidak terlepas dari pedagang buah dan sayuran. Begitu pula dengan tempat wisata kuliner juga terkadang menyajikan makanan dan minuman yang berasal dari sayuran dan buah-buahan. Kedua lokasi ini berpotensi besar menimbulkan permasalahan sampah baik itu sampah sisa makanan maupun sampah buah-buahan dan sayuran yang telah membusuk. Belum lagi sampah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga. Buah-buahan dan sisa makanan ini jika dibiarkan begitu saja akan menimbulkan bau busuk yang menyengat dan menimbulkan belatung. Tentu saja hal ini tidak luput dari perhatian kami. Sebagai sekolah peduli lingkungan kami telah mengatasi permasalahan sampah buah-buahan/sayur-sayuran busuk dan sisa makanan ini dengan cara mendaur ulang sampah menjadi pupuk organik cair yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku sektor pertanian dan perkebunan.

Pupuk organik cair ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan juga buah pada tumbuhan. Keunggulan pupuk ini adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak mengandung zat kimia berbahaya yang akan berakibat buruk bagi kesehatan konsumennya. Selain itu juga penggunaannya juga mudah. Cukuo dengan melarutkan 10 cc larutan pupuk ke dalam 1 liter air dan kemudian disemprotkan pada bagian tanaman menggunakan sprayer. Hal ini menjadi nilai tambah dari pupuk ini ditinjau dari efisiensi penggunaan produk. Produksi pupuk organik cair ini masih dalam skala kecil yaitu berasal dari sampah organik di lingkungan sekolah. Kami berharap ke depannya dengan modal yang memadai, pupuk organik cair ini dapat diproduksi dalam skala yang lebih besar lagi. Berikut kami sajikan alat/bahan dan cara pembuatan pupuk organik cair.

Alat dan Bahan:

*Tong/ember bevolume 25 liter dan memiliki penutup
*Karung goni berfungsi sebagai penyaring buah
* Limbah buah-buahan busuk sebanyak 10 kg
* Air kelapa 5 liter
*Air cucian beras 3 liter
*Gula merah   kg
* Air 10 liter

Permasalahan sampah bukan lagi menjadi permasalahan yang baru. Setiap hari sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, pasar maupun industri sangatlah banyak. Jika dibiarkan menumpuk maka akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan bahkan bagi kesehatan makhluk hidup lainnya terutama manusia, Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga lingkungan agar bebas dari sampah. Selain itu juga kita wajib membantu pemerintah untuk menjaga lingkungan dari pengaruh buruk sampah.

SMA Negeri 4 Pekanbaru sebagai salah satu sekolah sehat, sekolah adiwiyata dan sekolah peduli lingkungan serta sebagai wadah pendidikan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau hadir dan turut serta dalam menanggulangi permasalahan sampah terutama sampah organik. Kepedulian SMA Negeri 4 Pekanbaru terhadap penanggulangan sampah akan dikemas dalam 3 jenis produk andalan yakni “ Jus Daun Ketapang, Bricket Daun Ketapang, dan Pupuk Organik Cair ditambah 1 produk tambahan yaitu Jamur. Hal ini tentunya akan terealisasi dan teraktualisasi dengan bantuan dari pemerintah terutama dalam masalah permodalan. Dengan hadirnya SMA Negeri 4 Pekanbaru dalam menanggulangi sampah organik ini diharapkan dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh sampah dan membuka lowongan kerja dan usaha bagi warga sekolah pada khususnya dan masyarakat Pekanbaru pada umumnya. Kami juga berharap dapat mengedukasi masyarakat mengenai program daur ulang sampah.

*Keran

Cara Pembuatan:

1) Modifikasi tong/ember dengan membuat keran pada bagian bawah ember. Hal ini dibuat untuk mempermudah pengambilan pupuk organik cair.

2) Masukkan karung goni sebagai alas dalam ember. Fungsi dari karung goni ini yaitu sebagai penyaring dari ampas-ampas dan pengendapan dari pembuatan pupuk organik cair.

3) Lalu masukkan buah-buahan busuk yang telah dicuci bersih dari pestisida dan dihancurkan (dipotong-potong). Buah-buahan tersebut tidak perlu dikupas kulitnya.

4) Selanjutnya, larutkan air ke dalam ember, tambahkan pula air kelapa, air beras, dan juga gula merah. Air kelapa berperan sebagai pendorong terbentuknya zat giberelin, sitokinin, serta auksin. Ketiga hormon inilah yang berguna untuk merangsang pertumbuhan tanaman mulai dari akar, batang, daun serta mempercepat proses pembentukan bunga dan bakal buah. Gula merah berperan sebagai aktivator dan stimulator yang merangsang pembentukan enzim. Sementara itu, air cucian beras merupakan pengontrol pH cairan agar tetap stabil selama proses fermentasi berlangsung. Hal ini akan menghindari pupuk cair tercemar bakteri merugikan yang akan berbahaya bagi tanaman.

5) Aduk semua bahan tersebut hingga tercampur rata.

6) Tutup rapat ember dengan penutupnya atau kantong plastik selama 12-15 hari agar proses fermentasi dapat berjalan. Tempatkan ember di tempat teduh atau tidak terkena cahaya matahari secara langsung dan terhindar dari air hujan.

7) Lakukan pengontrolan setiap 5 hari atau seminggu sekali sambil sesekali diaduk agar tidak terdapat endapan didalamnya.

8) Setelah 15-30 hari, kita sudah dapat menggunakan pupuk organik cair. Ciri-ciri fermentasi berhasil yaitu larutan berubah menjadi hitam/kecoklatan, terdapat buih dan tidak menimbulkan bau menyengat. ****

Penulis  Dra. Citra Aries. MPd. Guru/ Waka Humas SMAN 4 Pekanbaru





Berita Terkait

Tulis Komentar