Kivlan Tuding Ada Persaingan eks Jenderal, SBY Tak Mau Prabowo Jadi Presiden

  • Jumat, 10 Mei 2019 - 00:09:03 WIB | Di Baca : 1107 Kali

SeRiau - Kivlan Zen angkat bicara terkait ucapan Politikus Partai Demokrat Andi Arief. Dalam cuitan di Twitter, Andi Arief menyebut ada setan gundul yang memberi informasi sesat Prabowo menang pemilu presiden 62 persen.

Menurut mantan jenderal loyalis Prabowo, yang merupakan setan gundul adalah Andi Arief sendiri. "Yang setan gundul itu dia, Andi Arief setan gundul," kata Kivlan usai melakukan aksi di depan Kantor Bawaslu,Jakarta Pusat, Kamis (9/5).

Kivlan mempertanyakan sikap Demokrat dalam koalisi Prabowo. Dia menuding Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tak ingin Prabowo jadi presiden. Pilpres 2014 pun, Kivlan menyebut SBYlebih memilih Jokowi daripada Prabowo.

Mantan jenderal bintang dua ini juga menyebut ada persaingan antara SBY dan Prabowo sejak dulu.

"Dia junior saya. Saya yang mendidik dia. Saya tahu dia," kata Kivlan.

Untuk aksi yang dia lakukan di depan Kantor Bawaslu bersama dengan Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (GERAK). Tak ada hubungannya dengan tim kampanye Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.

Aksi yang dia lakukan bersama dengan sejumlah massa yang diinisiatori oleh Letjen (purn) Syarwan Hamid, Eggi Sudjana dan Permadi, untuk menuntut penyelenggara pemilu mendiskualifikasi Paslon nomor urut 01 Joko Widodo- Ma'ruf Amin. Aksi ini menurutnya tak ada kaitannya dengan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Sandi.

"Kita enggak urusan BPN. BPN mau melakukan langkah apapun, mau menyampaikan kembali KPU ke DKPP itu urusan dia," kata Kivlan.

Langkah Demokrat

Partai Demokrat hingga saat ini menyampaikan masih bersama dengan koalisi Prabowo. Sekretaris Majelis Tinggi Demokrat, Amir Syamsuddin mengatakan, secara formal sudah semestinya partai mendukung Prabowo-Sandiaga sampai pengumuman resmi KPU pada 22 Mei nanti.

"Secara formal seperti itu, kita kan sudah konsisten kepada sikap kita untuk menunggu hasil pemilu yang tentu akan diumumkan oleh institusi berwenang paling lambat 22 Mei, kami konsisten," tegas Amir saat dihubungi merdeka.com, Kamis (9/5).

Menurut dia, pertemuan AHY dan Jokowi bukan berarti sebagai sebuah awal balik arah partai meninggalkan Prabowo-Sandi. Dia menegaskan, komunikasi politik dari elit-elite politik adalah hal yang wajar terjadi.

"Sebelum 22 Mei terjadi komunikasi politik ya itu bukan sesuatu yang tabu," jelas mantan Menkum HAM era SBY tersebut.

Amir tak menutup kemungkinan bahwa pada saatnya nanti Demokrat akan memutuskan arah politik bergabung dengan Jokowi. Sebab, kata dia, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik.

"Bisa saja dilakukan, tetapi kami tentu tidak bisa boleh mendahului pengumuman itu sendiri. Namanya politik seperti sudah kita ketahui bersama segala opsi terbuka," jelas Amir. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar