Bowo Sempat Kabur Saat OTT, KPK Amankan Wanita di Apartemen

  • Jumat, 29 Maret 2019 - 10:45:05 WIB | Di Baca : 1520 Kali

 


SeRiau - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sempat kehilangan jejak anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Golkar, Bowo Sidik Pangarso saat operasi tangkap tangan, Rabu (27/3) sore. Saat itu tim KPK sudah berada di sebuah apartemen di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Rabu (27/3). Bowo diduga kabur saat operasi penangkapan itu.

Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan menyebut tim KPK sudah berada di apartemen itu sejak sore. Tim KPK lebih dahulu menangkap sopir Bowo, yang berada di kawasan apartemen sekitar pukul 16.30 WIB.

Menurut Basaria, pihaknya sudah mengetahui Bowo berada dalam salah satu kamar di apartemen tersebut.

"Tim kami sudah tahu yang bersangkutan di kamar berapa," kata Basaria dalam jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (29/3).

Basaria mengatakan prosedur untuk masuk dalam kawasan apartemen cukup sulit, sehingga memerlukan waktu untuk menuju ke kamar Bowo. Saat waktu menunggu itu, Bowo keluar dari apartemen.

"Nah ‎waktu itu dimanfaatkan yang bersangkutan untuk keluar dari apartemen," ujar Basaria.

Selang beberapa jam dari penangkapan sopir Bowo, tim KPK kemudian mengamankan seorang wanita bernama Siesa Darubinta dari apartemen itu. Seisa diamankan sekitar pukul 20.00 WIB.

Basaria tak merinci Siesa diamankan di kawasan apartemen atau dari kamar Bowo.

Sopir Bowo dan Seisa lantas dibawa ke Gedung KPK, Jakarta, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Belum diketahui hubungan antara Seisa dan Bowo dalam kasus ini.

Meski demikian Bowo akhirnya tertangkap. Calon anggota DPR daerah pemilihan Jawa Tengah II itu ditangkap di rumahnya sekitar pukul 02.00 WIB, Kamis (28/3).

"Dengan teknik tim di lapangan kemudian bisa ditemukan yang bersangkutan di rumahnya," kata Basaria.

Bowo bersama Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia, Asty Winasti dan karyawan PT Inersia, Indung ditetapkan sebagai tersangka suap kerja sama distribusi pupuk PT PILOG dengan PT HTK.

Bowo diduga meminta fee kepada PT HTK atas biaya angkut yang diterima sejumlah US$2 per metric ton. Diduga telah terjadi enam kali penerimaan di sejumlah tempat sebesar Rp221 juta dan US$85.130.

Uang sekitar Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu itu telah dimasukkan dalam amplop-amplop. Uang tersebut diduga bakal digunakan Bowo untuk 'serangan fajar' Pemilu 2019.

Politikus Golkar itu kembali mencalonkan diri pada Pemilu 2019 di daerah pemilihan Jawa Tengah II.

 

 

Sumber CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar