Indonesia Diprediksi Alami El Nino, Pemerintah Diminta Waspada

  • Rabu, 27 Februari 2019 - 18:59:56 WIB | Di Baca : 1261 Kali

SeRiau - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia bakal menghadapi fenomena iklim El Nino di tahun ini.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, terjadi perubahan anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik berkisar di bawah 1 dan di atas 0,5 atau dalam kategori lemah.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan, prediksi tersebut bisa menjadi rujukan bagi pemerintah untuk mewaspadai dampak El Nino.

Herizal menyebut, meski kekuatannya masih lemah, namun diperkirakan akan berdampak pada musim kemarau di Indonesia.

"Ada potensi El Nino lemah dari bulan Januari sampai Juli. Dampaknya berupa kemarau panjang dan dapat berpotensi mengganggu produksi di sektor pertanian maupun kebakaran hutan," ucap Herizal, di IPB International Convention Center, Rabu (27/2/2019).

Herizal menambahkan, peluang terjadinya El Nino di tahun ini sebesar 55-60 persen. Dia mengungkapkan, dari bulan Juli-September 2019, iklim diperkirakan lebih kering.

Sementara, 25,5 persen wilayah berpotensi mengalami musim kemarau lebih maju, dan 24 persen wilayah berpotensi mengalami musim kemarau di atas normal.

Berkaca pada kejadian El Nino di tahun 2015, dampak yang ditimbulkan di sektor pertanian cukup luas.

Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada saat itu, kekeringan melanda 16 provinsi meliputi 102 kabupaten/kota dan 721 kecamatan.

Pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami defisit air sekitar 20 miliar meter kubik. Selain itu, lahan pertanian seluas 111.000 hektare juga mengalami kekeringan.

" Pemerintah perlu mewaspadainya dengan mengantisipasi terjadinya kekeringan dan kegagalan panen, termasuk kebakaran hutan," sebut dia.

Sementara itu, Sekjen Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) Hindarwati menuturkan, salah satu upaya untuk mengantisipasi dampak El Nino adalah dengan menanam varietas tanaman yang adaptif terhadap kekeringan.

Ia melanjutkan, peran pemulia tanaman dan perusahaan perbenihan sangat penting untuk memberikan akses terhadap benih unggul yang adaptif di musim kering kepada petani.

"Beberapa contoh varietas yang adaptif di musim kering saat ini sudah ada, misalnya cabai besar Gada MK F1, cabai keriting Laba F1 dan Lado F1, tomat Tymoti F1 dan labu Suprema F1," ujar diaer. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar