Bahas Biodiesel, Jokowi-Prabowo Tak Sentuh Efek Negatif Sawit

  • Senin, 18 Februari 2019 - 20:10:51 WIB | Di Baca : 1132 Kali

SeRiau - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengkritisi debat capres kedua soal misi kedua pasangan calon presiden nomor urut 01 dan 02, Joko Widodo dan Prabowo Subianto di bidang energi.

Kedua capres menggagas pengembangan peralihan biodiesel, B20 menjadi B100. B20 merupakan bahan bakar campuran dari minyak solar dan kelapa sawit. Di dalam bahan bakar itu, komponen kelapa sawit sebesar 20 persen.

Sedangkan B100 merupakan bahan bakar yang sepenuhnya berasal dari nabati. Dalam B100 tidak ada komponen dari minyak fosil.

Manajer Kampanye Walhi Fatilda Hasibuan mengatakan kedua paslon tidak memikirkan dampak sosial dan lingkungan dari pengembangan biodiesel yang menggunakan bahan kelapa sawit.

"Walhi 2018 kemarin ini membuat rilis dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkebunan sawit terutama masalah sosial dan lingkungan. Ada 12 sampai 17 dampak negatif tapi tak satu pun tanggapan dari calon menyentuh susbtansi itu," ujar Fatilda di kantor Walhi, Jakarta Selatan,Senin (18/2).

Ia memaparkan dampak negatif yang timbul akibat pengembangan biodiesel diantaranya, dampak lingkungan berupa deforestasi atau penggundulan hutan. Selain itu, dampak sosial yang disebabkan perkebunan sawit adalah eksploitasi terhadap buruh pekerja perkebunan sawit.

Selain dampak itu, Fatilda juga menyebut perkebunan sawit berpotensi beroperasi tanpa Hak Guna Usaha (HGU), dengan permasalahaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), merusak habitat satwa langka dan memiliki izin yang tumpang tindih dengan taman nasional.

Perkebunan sawit juga bisa menyebabkan perubahan fungsi ke dampak negatif atau konversi terhadap lahan gambut dan lahan basah. Hal ini menurutnya, merupakan semua penyebab kerugian negara dan kerugian lingkungan.

"Ada masalah AMDAL, ada eksploitasi buruh di perkebunan, ada korupsi, ada perkebunan yang tidak bayar pajak. KPK juga mengeluarkan ada yang tidak punya NPWP," jelas dia.

Selain itu, Fatilda juga menerangkan dampak sosial yang lebih mendalam dari pengembangan perkebunan kelapa sawit. Menurutnya, konflik tanah dan sosial, penghancuran budaya, pelanggaran HAM, dan kriminalisasi terhadap masyarakat adat juga bisa terjadi.

"Eksploitasi buruh termasuk perempuan dan anak, kurangnya proses persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan, kurangnya penilaian nilai konservasi tinggi yang independen dan komprehensif, kurangnya penilaian stok karbon tinggi yang independen dan inklusif," jelasnya.

Fatilda menilai Jokowi dan Prabowo tidak memikirkan dampak negatif yang dapat merusak kehidupan masyarakat dan lingkungan. 

Ia mengatakan keduanya hanya mendukung perkembangan B20 menjadi B100. Padahal yang dimaksudkan dari pertanyaan panelis adalah membenarkan pembangunan dan pengembangan energi, namun masalah yang ditimbulkan harus segera dicari solusinya.

"Itu yang ditanyakan panelis supaya dampak sosial dan lingkungannya bisa diatasi itu tidak ada yang menjawab," katanya.

Dalam debat kedua, Minggu (17/2) malam, kedua capres sepakat dengan pengembangan biodiesel. Prabowo mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan produk kelapa sawit untuk biodisel. 

"Ini bisa meningkatkan pendapatan petani kita yang sekarang lagi jatuh," ujar Prabowo.

Sementara itu, Jokowi turut mendukung pengembangan dengan mengatakan pihaknya terus menyiapkan rencana yang jelas untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak impor.

"Ini artinya B20 sudah rampung. Kita ini sekarang menuju kepada yang namanya B100 sehingga kita harapkan tiga puluh persen dari total produksi dari kelapa sawit nanti akan masuk kepada biofuel. Sudah kita rencanakan plan-nya sudah sangat rigid dan sudah sangat jelas," kata Jokowi. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar