Menurut Menteri Perdagangan, Pasar Tradisional Kini Sudah Mulai Naik Kelas

  • Rabu, 12 Desember 2018 - 22:01:15 WIB | Di Baca : 1185 Kali

SeRiau - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pasar tradisional dengan metode pembayaran non tunai sebenarnya sudah mulai terwujud. Hal ini yang sebelumnya dicita-citakan Presiden Jokowi. 

Hanya saja, jumlah pasar tradisional yang memulai transaksi non tunai seperti itu belum banyak.

Enggar mencontohkan Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Meskipun transaksi jual beli di sana masih memakai uang tunai, namun para pedagang sudah cukup melek dengan sistem non tunai.

"Pedagang di Pasar Klewer itu sudah memulai retribusi, bayar listrik di PLN, sudah cashless," ujar dia saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (12/12/2018).

Salah satu pasar tradisional di Pontianak, Kalimantan Barat juga demikian. Pasar tersebut memiliki aplikasi pemantau harga yang dapat diakses oleh konsumen setiap saat. Dengan demikian, harga barang terpantau dan tidak dilepas ke pembeli.

"Jadi kalau seseorang mau belanja bawang, dia buka itu aplikasi dan dia bisa tahu di toko mana di pasar itu yang murah," ujar Enggar.

Aplikasi ini, lanjut Enggar, akan juga diterapkan di beberapa pasar tradisional lainnya di Indonesia.

Bahkan, pasar tradisional yang melayani jual beli secara online pun sudah ada, yakni Paskomas atau Pasar Komoditi Nasional. Meskipun, Paskomas bukanlah mencakup pasar tradisional, melainkan pasar induk.

"Ya tapi pasar rakyat yang kecil juga bisa lakukan itu," ujar Enggar.

Untuk mewujudkan pasar tradisional naik kelas seperti yang diperintahkan Presiden Jokowi, Enggar akan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika terlebih dahulu.

Diberitakan, Presiden Joko Widodo melihat peluang bisnis baru pada pasar tradisional. Tidak hanya berjualan di lapak saja, Presiden juga melihat pedagang pasar tradisional sebenarnya juga mampu berjualan secara online.

"Perlu dibangun sebuah ekosistem online dan offline bisa sambung. Pasar ini kan offline. Bagaimana jika disambungkan dengan online. Jika dua sistem itu tersambung, pasar kita pasti akan lebih cepat berkembang," ujar Presiden dalam peresmian pembukaan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia 2018 di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Rabu (12/12/2018).

Apabila pasar tradisional berkembang, Presiden Jokowi yakin pamornya tak akan kalah lagi dengan pasar modern semisal hypermarket dan supermarket.

Presiden Jokowi melihat pasar tradisional mempunyai modal yang kuat untuk bisa berjualan secara online, yakni dari segi harga. Menurut Presiden, produk-produk yang dijual di pasar tradisional bisa bersaing secara harga dengan pasar modern.

Ia mencontohkan harga seikat kangkung di Pasar Suryakencana, Bogor, Jawa Barat, yang ia kunjungi beberapa waktu lalu, yakni seharga Rp 2.000 saja. Seikat bayam pun dihargai sama. Demikian pula harga bahan pangan yang sama di pasar-pasar lain di penjuru Indonesia.

"Setelah itu saya juga masuk ke supermarket, kangkung dijual Rp 3.400, bayam Rp 3.500. Artinya apa? Secara daya saing, pasar tradisional kita sebenarnya menang. Karena dari sisi harga bisa bersaing. harganya jauh. Rp 2.000 dengan Rp 3.500. Kalau ibu-ibu, urusan Rp 200 Rp 300 perak ini mesti dihitung," ujar Jokowi.

Apalagi, lanjut Jokowi, sistem jual beli online pasar tradisional itu memiliki market place tersendiri, ia yakin kesejahteraan pedagang semakin meningkat. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar