Jauh dari Posko, Sebagian Pengungsi Banjir Pekanbaru Tak Dapat Bantuan

  • Sabtu, 24 November 2018 - 21:41:16 WIB | Di Baca : 1388 Kali

SeRiau - Sejumlah warga korban banjir di Perumahan Witayu RW 11 Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Riau mengungsi di tenda pengungsian tepi Jalan Nelayan.

Hingga Sabtu (24/11/2018), banjir masih terlihat parah merendam rumah warga, sekolah dan masjid.

Di balik musibah itu, warga yang mengungsi ini mengaku sedih dan kecewa karena tidak diakui Ketua RW 11 bernama Junaidi.

Sudah tiga hari tiga malam mereka mengungsi dan belum kebagian sembako. Padahal, sembako sudah disalurkan oleh Dinas Sosial setempat beberapa hari lalu.

"Bantuan sembako ada. Tapi di tenda yang di dalam (kawasan perumahan). Di sana masih dekat banjir. Sampai sekarang belum ada sampai ke kami sembakonya," akui Yanti (45) salah satu pengungsi pada Kompas.com, Sabtu (24/11/2018).

Dia mengaku sedih dan kecewa melihat sikap Ketua RW 11 yang tidak menganggap korban banjir yang mengungsi di tepi jalan.

"Kami sangat sedih karena kata Pak RW tenda di belakang tidak diapakannya (diakui). Padahal kami juga warga RW 11 tinggal di lingkungan RT 05. Kami sedih sekali," ucap Yanti sembari berlinang air mata.

Dia mengaku tidah tahu mengapa Ketua RW tidak bertanggung jawab terhadap warga yang mengungsi di tenda bagian belakang.

"Saya enggak tahu apa alasan tidak mengakui tenda kami ini. Cuma sebelumnya dia nyuruh bikin tenda di depan, tapi kami yang di belakang ini jauh dari rumah. Apalagi untuk ke sana mengarungi banjir, kan susah. Kalau di sini (tenda sekarang) dekat rumah, jadi mudah kami bolak balik," kata Yanti.

Dia mengatakan, di tenda yang ditempatinya ada delapan kepala keluarga (KK) dan berjumlah sekitar 15 orang yang mengungsi.

"Kami sempit di sini. Butuh satu tenda lagi. Anak-anak jadi susah belajar dan bermain. Kami di sini laki-laki dan perempuan. Jadi kalau ada satu tenda lagi kan bisa pisah-pisah. Kadang ada yang balik tidur ke rumahnya lagi," sebut Yanti.

Lebih lanjut, dia menuturkan, banjir di Perumahan Witayu sudah berlangsung selama sepekan lebih. Ketinggian air di rumah-rumah mencapai 50 sentimeter hingga satu meter.

"Banjirnya pasang surut. Biasanya bisa sampai sebulan kayak gini. Karena banjir di sini hampir tiap tahun. Tidak ada pemberitahuan dari pemerintah kapan naik dan kapan surutnya. Kami saja yang melihatnya langsung, kami berharap cepatlah dibangun pintu air biar enggak banjir lagi," ungkap Yanti.

"Dalam satu hari satu malam itu, air naik dua kali. Kalau siang jam 13.00, nanti sore turun. Kemudian malam baik lagi," imbuh Toifah (43) pengungsi lainnya.

Toifah juga mengharapkan adanya bantuan tenda yang lebih besar dari pemerintah. Sebab tenda yang sekarang sempit, hanya berukuran 4x3 meter.

"Sempit sekali, Bang. Tadi malam kami 12 orang tidur di sini. Anak-anak yang kasihan. Belum lagi panas yang kami tahan. Dua malam berturut kami gelap-gelapan. Tapi sekarang alhamdulillah sudah ada listrik," tambahnya.

Penjelasan Ketua RW

Ketua RW 11 Junaidi dalam wawancara dengan Kompas.com, Jumat (23/11/2018) kemarin, menyebut, ada 200 KK yang dilanda banjir di Perumahan Witayu.

"Kalau jumlah warga ada 200 KK. Kalau jiwa ada sekitar 500 sampai 600. Banjir ini sudah satu minggu," kata Junaidi.

Dia mengatakan, saat ini ada tiga tenda pengungsian yang sudah didirikan dan merupakan bantuan Dinas Sosial setempat.

"Tenda ada tiga. Cuma yang saya pertanggungjawabkan dua yang ada dapur umumnya. Bukan tenda-tenda yang membuat nanti ada suatu hal yang tidak kita inginkan," kata Junaidi.

"Jadi kami di sini, sudah konsultasi dengan lurah, kami sangat peduli dengan masyarakat, tapi tidak dengan ego masyarakat," sambungnya.

Terkait sembako, Junaidi mengaku sudah disalurkan Dinas Sosial beberapa hari lalu dan berada di tenda pengungsian yang ada dapur umum.

"Sembako kemarin sudah dititip Dinas Sosial di dapur umum. Jadi kalau umpamanya kami layani seluruh masyarakat, mintanya ini itu, apa sanggup pemerintah kita? Enggak akan bisa. Makanya kita harus berpikir positif," jelas Junaidi. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar