BI Sebut Kenaikan Suku Bunga Tidak Bergantung pada The Fed

  • Sabtu, 17 November 2018 - 17:27:32 WIB | Di Baca : 1179 Kali

SeRiau - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00 persen. BI juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan Lending Facility menjadi 6,75 persen.

Deputi Gubernur (BI), Dody Budi Waluyo mengatakan keputusan bank sentral menaikkan suku bunga acuan tidak bergantung pada Bank Sentral AS (The Fed). Kenaikan ini pun dinilai sebagai pertimbangan dengan kondisi-kondisi yang ada serta dampak ke depan terhadap perekonomian Indonesia.

"Kalau bicara preemptive, ahead the curvejangan pernah berpikir BI berhadap-hadapan dengan The Fed, karena BI bergantung kepada data," kata Dody dalam acara Pelatihan Wartawan Ekonomi Nasional, di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (17/11).

Dody menyampaikan, ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan pada pertengahan tahun 2018, BI tidak ikut menyesuaikan. Sebab, saat The Fed mengerek naik suku bunganya tidak ada urgensi untuk ikut menaikan.

Hal itu dikarenakan berdasarkan data BI aliran modal tetap masuk ke Indonesia, apalagi pada waktu itu pasar keuangan sudah melakukan antisipasi (price in) dengan rencana The Fed.

"Kejadian Fed fund rate ini sudah dikalkulasi dan pasar price in. Tidak ada outflow, tapi malah inflow yang masuk ekonomi kita. Rupiah memang melemah sedikit, tapi kembali ke normal," ujar Dody.

Sementara itu, terkait dengan penyesuaian suku bunga pada Desember 2018 mendatang, dirinya menegaskan keputusan tersebut akan dilakukan melalui pemahaman atas data, meski ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan jelang akhir tahun.

"Kita lakukan assessment itu, tapi untuk kebijakan yang kita ambil, kita lihat nanti. Memang ini ambigu tapi clear," ujarnya.

Adapun tercatat, hingga sepanjang 2018 BI telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 175 bps pada bulan Mei Juni, Agustus dan terakhir pada November sehingga kini berada di level 6,00 persen. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar