Hati-hati, Indef Sebut Inflasi Harga Pangan Menghantui

  • Kamis, 15 November 2018 - 21:17:37 WIB | Di Baca : 1245 Kali

SeRiau - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebut inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) menghantui di pengujung tahun. Namun, Direktur Indef Eko Listiyanto mengungkapkan fenomena inflasi akhir tahun menjadi tren dalam tujuh tahun terakhir.

Ia mengatakan umumnya inflasi volatile food pada Desember memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi bulan-bulan sebelumnya. Komponen inflasi volatile food tersebut merupakan inflasi dari harga yang diatur pemerintah (administered price). 

"Sungguh pun inflasi headline-nya turun, tapi problemnya inflasi volatile food cenderung masih tinggi," ujarnya di Jakarta, Kamis (15/11).

Ia merinci inflasi volatile food pada Desember 2010 sebesar 3,29 persen atau jauh di atas inflasi bulanan, yaitu 0,92 persen. Kemudian Desember 2011, inflasi volatile food 1,92 persen, sedangkan inflasi bulanan hanya 0,57 persen. 

Kondisi ini berlanjut pada Desember tahun berikutnya dimana inflasi volatile food tembus 1,82 persen, sedangkan inflasi bulanan 0,54 persen. Desember 2013, inflasi volatile food sebesar 0,79 persen dengan inflasi bulanan 0,55 persen. 

Lalu, pada Desember 2014, inflasi volatile food terpantau menyentuh 3,53 persen dengan inflasi bulanan 2,46 persen. Kemudian, pada Desember 2015, inflasi volatile foodnya 3,53 persen dengan inflasi bulanan 0,96 persen.

Dalam dua tahun terakhir ini, data inflasi juga masih memperlihatkan kecenderungan serupa. Karenanya, Eko meminta pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan, sehingga gejolak harga pangan bisa ditekan. 

"Kami tidak ingin kondisi ini terulang lagi. Jangan sampai nanti, Desember inflasi 0,7 persen. Artinya Desember menjadi inflasi paling tinggi pada tahun ini," tandasnya. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar