Bappenas Sayangkan Produksi Batubara RI Terus Menerus Diekspor

  • Kamis, 04 Oktober 2018 - 11:18:11 WIB | Di Baca : 1226 Kali

SeRiau - Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan, Bappenas, Josaphat Rizal Primana menyayangkan perusahaan tambang di Indonesia masih melakukan ekspor batubara secara berlebihan. Sebab, cadangan batubara dalam negeri sendiri menurutnya hanya tiga persen dari cadangan dunia.

"Kita ekspornya paling besar (batubara), nah ini jadi masalah. Kita tidak bisa memakai batubara itu secara terus menerus untuk memberikan energi kepada negara lain," kata Rizal dalam Diskusi Kebijakan Publik Strategi Pengelolaan Batubara Nasional, di Hotel Aryaduta,Jakarta, Kamis (4/10).

Rizal menilai, sebaiknya produksi batubara di dalam negeri itu dijaga bukan untuk diekspor. Dengan begitu, keseimbangan penggunaan dalam negeri sendiri diyakini akan terus meningkat dan produksi batubara ke depan juga tetap terjaga.

"Waktu kita katakan bahwa kalau begitu sudahlah supaya batubara ini kita jaga saja produksinya supaya keseimbangan dalam penggunaan dalam negeri akan lebih bagus. Komposisinya akan bisa lebih bagus 70 persen dalam negeri dan 30 persen ekspor," kata Rizal.

Seharusnya pemerintah memanfaatkan batubara ini untuk modal pembangunan bukan sebagai komoditas. "Harusnya industri yang mulai berperan. Indusrti kita punya pekerjaan rumah yang berat," katanya.

Sebelumnya, Pengamat Energi Marwan Batubara mengatakan, saat ini cadangan batu bara Indonesia diperkirakan sebesar 20 miliar ton. Namun, dengan produksi batu bara sekitar 450 juta ton per tahun, artinya cadangan batu bara Indonesia hanya akan cukup hingga 40 tahun dan kemudian habis.

"Kalau kita terus ekspor, maka kita tidak punya lagi. Kalau minyak kira-kira 3,6 miliar barel. Gas sekitar 110 triliun cubic feet. Itu termasuk kecil juga. Minyak dengan rate 800 juta barel per tahun, mungkin akan habis dalam 12 tahun. Kalau gas habis dalam 20-30 tahun. Maka cadangan itu sangat perlu," jelas dia.

Jika cadangan energi fosil ini sudah habis semua, maka Indonesia akan mengalami krisis energi. Kecuali jika pemerintah secara serius mau mengembangkan energi alternatif seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar