Pertama Kalinya, Rupiah Sentuh Level Rp 15.000 Terendah Sejak Krisis 1998

  • Selasa, 02 Oktober 2018 - 18:50:07 WIB | Di Baca : 1270 Kali

SeRiau - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melewati level Rp 15.000 per USD untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir atau tepatnya sejak 1998 silam. Pelemahan nilai tukar negara berkembang salah satunya dipengaruhi oleh melonjaknya harga minyak dunia.

Mengutip Bloomberg, Rupiah telah melemah hampir 10 persen terhadap USD di sepanjang tahun ini. Melebarnya defisit perdagangan dan krisis yang melanda Turki serta Argentina juga memberi sentimen negatif pada pelemahan nilai tukar Rupiah.

"Naiknya suku bunga acuan AS, dan tingginya harga minyak dunia serta melebarnya defisit neraca perdagangan membuat Bank Indonesia sulit menahan nilai tukar di bawah Rp 15.000 per USD," ucap kepala research Australia dan New Zealend banking group, khoon Goh.

Menurutnya, Rupiah tetap melemah meski Bank Indonesia telah melakukan intervensi. Bahkan, bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan 5 kali sejak Mei lalu. Namun, Rupiah tetap terkapar ke level terendah Rp 15.051 per USD.

"Indonesia saat ini adalah negara pengimpor minyak, sehingga naiknya harga cukup mempengaruhi nilai tukar dan Indonesia dibayangi meningkatnya inflasi," ucap ekoom dari Dai-ichi Life Research Institute, Toru Nishihama.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar Rupiah masih mengalami tekanan depresiasi namun dengan volatilitas yang masih terjaga. Menurutnya, depresiasi Rupiah sejalan dengan mata uang negara peers akibat berlanjutnya penguatan dolar AS secara luas.

"Rupiah secara rata-rata melemah sebesar 1,05 persen pada Agustus 2018. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah relatif terbatas pada September 2018 sehingga pada 26 September 2018 ditutup pada level Rp 14.905 per dolar AS," kata Perry di kantornya, Kamis (27/9).

Dengan perkembangan ini, lanjutnya, maka secara year to date (ytd) sampai dengan 26 September 2018, Rupiah terdepresiasi 8,97 persen atau lebih rendah dari India, Afrika Selatan, Brasil, dan Turki.

"Ke depan, Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan," ujar Ferry.

Kebijakan tersebut, kata Perry, akan diarahkan untuk menjaga volatilitas Rupiah serta kecukupan likuiditas di pasar. "Sehingga tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tutupnya. (**H)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar