SeRiau - Pakar komunikasi politik Gun Gun Heryanto mengatakan, banyaknya artis yang berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada pemilu 2019, salah indikasi bahwa selama ini kaderisasi di internal partai masih lemah.

Menurut Gun Gun, partai politik tentu akan berpikir bagaimana caranya mendapat suara sebanyak-banyaknya di pemilu, sehingga mereka lebih tertarik dengan celebrity yang dianggap memiliki popularitas tinggi dibanding kader-kadernya yang telah puluhan tahun aktif di partai.

"Tidak ada yang salah sebenarnya selebriti menjadi caleg, harusnya lebih selektif, jangan kemudian asal karena selebriti dengan mudah mendapatkan tiket pencalegan," kata Gun Gun saat diskusi bertajuk 'Konstalasi Politik Jelang Pemilu 2019' di gedung Koran Sindo, Jakarta Pusat, Rabu (18/7/2018).

Gun Gun menjelaskan, banyaknya kalangan artis yang direkrut untuk menjadi caleg itu menunjukkan lemahnya kaderisasi partai sehingga krisis kader untuk ditempatkan pada posisi strategis seperti DPR yang mewakili 250 juta penduduk Indonesia, atau sederhananya 186 pemilih.

"Artinya kan sangat strategis di legislasi, kontrol budgeting. Kalau orang-orang yang pernah bersentuhan dengan politik, kebijakan soal publik tiba-tiba menjadi caleg karena ia populer, bukan kah itu namanya melawan keniscayan bahwa modernisasi di tubuh partai itu adalah keharusan," terangnya.

Contoh selanjutnya ditunjukkan dengan fenomena banyaknya caleg yang pindah partai dari partai yang telah membesarkan namanya melalui pemilu sebelumnya. Lemahnya kaderisasi di internal partai membuat kader tersebut merasa tidak punya ikatan, sehingga dengan mudah pindah kepada yang dianggap lebih menguntungkan.

"Ini akibat dari proses yang tidak berjalan secara sistemik, artinya partai mampu menjadikan seseorang anggota legislatif, setelah dia duduk dia tidak punya ikatan partisanship sehingga dengan mudah dia pindah," pungkasnya. (**H)

Sumber: Okezone