Taktik TGB Mencari Celah Kekuasaan Lewat Jokowi

  • Ahad, 08 Juli 2018 - 06:46:00 WIB | Di Baca : 1158 Kali

SeRiau - Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menyatakan bakal mendukung Presiden Joko Widodo untuk melanjutkan kepemimpinannya hingga dua periode. Menurut TGB keputusan mendukung Jokowi telah melalui pertimbangan yang berkaitan dengan kemaslahatan bangsa, umat dan akal sehat.

Hal ini membuat polemik di tubuh Partai Demokrat dan kalangan Islamis. Partai Demokrat menyatakan pernyataan TGB bersifat pribadi. Sedangkan kelompok Islamis langsung mencoret sosoknya dari daftar bakal calon presiden.

Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsudin Haris menilai sikap politik TGB menunjukkan sisi pragmatisme politik dari seorang politisi.

Ia menilai bahwa TGB semata-mata telah melihat peluang besar dan ingin mengejar posisi atau jabatan politik tertentu dari Jokowi, yang dinilainya berpeluang besar memenangkan Pilpres 2019 ketimbang kandidat lainnya.

"Alasannya pragmatis, ya, Pak TGB saya pikir dia melihat peluang besar bagi dia pribadi ke depan [dengan mendukung Jokowi]," ujar Syamsudin saat menghadiri diskusi Para Syndicate, Jakarta Selatan, jelang akhir pekan.

Syamsudin mengatakan para politisi pasti memiliki semangat pragmatisme dalam dirinya masing-masing untuk meraih maupun mempertahankan kekuasaan politiknya.

Menurutnya segala tindakan yang tak memberikan keuntungan bagi dirinya maupun kelompoknya pasti akan ditinggalkan sekalipun bernilai ideologis.

Terlebih lagi, kata Syamsudin, masa jabatan TGB sebagai Gubernur NTB dua periode akan berakhir dalam waktu dekat. Oleh karena itu, TGB harus mempertahankan kekuasaannya dengan mencari jabatan lain di tingkat nasional ketimbang hanya regional.

"Kan, sudah tidak bisa menjadi kepala daerah lagi. Dia, kan, harus mencari peluang politik. Nah, peluang politk itu dalam kacamata dia ada bila mendukung Jokowi," ucapnya.

Syamsudin menilai bahwa TGB tak serta merta menginginkan jabatan calon wakil presiden dari Jokowi. Sebab, ia melihat popularitas TGB hanya bersifat lokal dan belum menjangkau secara nasional untuk menjadi cawapres.

Syamsudin lantas menilai TGB hanya mengincar jabatan strategis di level nasional seperti jabatan menteri atau selevel kepala lembaga negara.

"Paling tidak, mungkin bagi TGB bisa menjadi salah satu pejabat nanti pada kepemimpinan Jokowi pada masa bakti kedua. Entah menjadi menteri, entah menjadi apa, lah," ungkapnya.

Selain itu, Syamsudin juga tak yakin bahwa suara kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia akan berpaling ke Jokowi di Pilpres 2019 terkait dampak dukungan TGB tersebut.

Menurutnya, TGB bukanlah kader elite dalam Partai berlambang Bintang Mercy tersebut. Ia menyebut bahwa suara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lebih berpengaruh bagi kader Demokrat ketimbang TGB.

"Saya kira belum tentu (mengubah suara kader Demokrat). Sebab TGB enggak sowan atau minta izin. Enggak minta restu ke pak SBY. Lebih berpengaruh suara AHY ketimbang TGB," ujarnya.

Tak hanya itu, Syamsudin menilai bahwa dukungan TGB itu belum tentu mengerek elektabilitas Jokowi secara signifikan di kalangan kelompok Islam. Dia kembali menilai sosok TGB hanya populer di level regional, yakni di Provinsi NTB.

Terlebih lagi, kelompok Islam Persaudaraan Alumni 212 menyatakan sudah mencabut dukungan terhadap TGB sebagai bakal calon presiden Indonesia. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar