BPS: Kenaikan Produksi OPEC Bisa Tekan Impor Minyak RI

  • Senin, 25 Juni 2018 - 15:04:27 WIB | Di Baca : 1162 Kali

SeRiau - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkatkan produksi minyak mentah pada bulan depan akan berdampak pada penurunan harga minyak di pasar dunia. 

OPEC akhirnya sepakat menaikkan produksi minyak mentah sebanyak 1 juta barel per hari mulai Juli 2018, sesuai dengan usul Arab Saudi dan Rusia. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan harga minyak dapat berdampak pada penurunan nilai impor Indonesia. Hal tersebut diharapkan akan membuat neraca perdagangan tak defisit lagi. 

Pada bulan lalu, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan. Hal tersebut, antara lain disebabkan kenaikan impor akibat kenaikan harga komoditas di pasar dunia, salah satunya pada minyak mentah. 

"Kemarin ada kenaikan impor migas yang tinggi karena pertumbuhan harga di pasar dunia. Kalau nanti harga turun, tentu bisa membuat impor Indonesia tidak terlalu tinggi nilainya," katanya di kantor BPS, Senin (25/6).

Kendati begitu, ia menekankan impor tinggi saat ini bukanlah suatu hal yang buruk. Namun, impor meningkat lebih karena terpengaruh harga dan terjadi saat ekspor tidak bisa tumbuh lebih tinggi. 

Selain itu, impor bulan kemarin juga meningkat juga akibat kenaikan volume barang konsumsi seiring kebutuhan masyarakat yang tinggi jelang Ramadan dan Lebaran. "Tapi memang juga karena konsumsi meningkat, dan ini terjadi pada komoditas lain juga," imbuhnya. 

BPS mencatat nilai impor Mei 2018 mencapai US$17,64 miliar. Angka itu lebih tinggi dari nilai ekspor pada bulan yang sama sebesar US$16,12 miliar, sehingga terjadi defisit perdagangan senilai US$1,52 miliar. 

Ia merinci, impor naik 9,17 persen dari bulan lalu sebesar US$16,16 miliar dan naik 28,12 persen dari Mei 2017 sebesar US$13,77 miliar. 

Keputusan OPEC

Keputusan OPEC mengerek produksi minyaknya menyudahi langkah pemangkasan produksi yang selama ini diterapkan sebanyak 1,8 juta barel per hari.

Semua anggota OPEC, termasuk Iran, Irak, dan Venezuela yang sebelumnya menolak usul tersebut akhirnya setuju menaikkan produksi demi memenuhi kebutuhan dan kestabilan harga di pasar. 

"Saya pikir itu akan berkontribusi secara signifikan untuk memenuhi permintaan tambahan yang kami lihat akan meningkat pada paruh kedua (tahun ini)," ujar Khalid Al-Falih, Menteri Energi Arab Saudi di pertemuan OPEC yang digelar di Wina, Austria, dikutip dari AFP.

Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka menilai Rusia sengaja meminta OPEC mengerek jumlah produksi karena telah berhasil membaca situasi pasar perdagangan internasional yang tengah diwarnai oleh perang dagang. 

Menurutnya, Rusia sudah bisa membaca bahwa pada akhirnya perseteruan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, akan berakhir pada pengenaan tarif impor dari Negeri Tirai Bambu ke minyak mentah asal Negeri Paman Sam. 

China sendiri akhirnya memang mengenakan tarif impor bea masuk sebesar 25 persen terhadap minyak mentah AS sebagai salah satu jurus untuk membalas seruan perang dagang dari Presiden AS Donald Trump.

"Hal ini berpotensi membuat China mencari sumber minyak baru dan meninggalkan AS. Ini memperbesar potensi China menyerap minyak OPEC," katanya kepada CNNIndonesia.com. (**H)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar