Gatot Dituntut Lepaskan Label Alumni 212 Jika Jadi Capres

  • Rabu, 18 April 2018 - 21:47:41 WIB | Di Baca : 5935 Kali

SeRiau - Nama mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmanyo semakin muncul ke publik sebagai calon presiden potensial di pilpres 2019. Namun dia perlu menjadi negarawan agar tak identik dengan kelompok Alumni 212.

Gatot seolah sudah berada di orbit yang sama dengan nama Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Jika Jokowi diusung oleh Golkar, NasDem, Hanura, PDIP, dan PPP, sementara Prabowo didukung oleh Gerindra, maka Gatot mulai dipertimbangkan oleh PKS dan PAN.

Sejauh ini, elektabilitas Gatot masih cenderung kecil dibandingkan Jokowi dan Prabowo. Menurut lembaga survei Kedai Kopi, elektabilitas Gatot sebagai calon presiden hanya mencapai 2,1 persen. Kemudian menurut Media Survei Nasional (Median) eletabilitas Gatot mencapai sekitar 7 persen.


Meski hasil kedua survei ada perbedaan yang cukup signifikan, tetap saja, elektabilitas Gatot tidak bisa disandingkan dengan Jokowi dan Prabowo. 

Elektabilitas Jokowi kini berkutat pada angka 40-50 persen, sementara Prabowo sekitar 20-25 persen. Angka tersebut merujuk dari hasil survei Alvara Research Center, Populi Center, Kedai Kopi, dan Median. Survei tersebut dilakukan pada Desember 2017 hingga April 2018.

Peneliti Media Survei Nasional Rico Marbun mengatakan Gatot masih punya waktu untuk meningkatkan elektabilitasnya. Kurang lebih empat bulan dari sekarang sebelum masa pendaftaran capres-cawapres dibuka KPU pada Agustus mendatang. Rico mengatakan Gatot perlu meningkatkan elektabilitasnya secara lebih intensif agar partai politik betul-betul tertarik untuk mengusungnya.

Cara yang dapat ditempuh Gatot yakni mengintensifkan diri muncul di media massa, seperti televisi, koran, majalah, dan media dalam jaringan.

"Gatot sebaiknya mulai bicara tentang gagasannya tentang Indonesia baru seperti apa, agar publik semakin yakin dengan kompetensinya," ucap Rico kepada CNNIndonesia.com, Rabu (18/4).

Di samping itu, Gatot juga perlu melakukan safari politik ke berbagai daerah di Indonesia. Misi tersebut, kata Rico, dapat digunakan untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat luas, sehingga elektabilitas Gatot akan turut meningkat dengan sendirinya.

Senada dengan Rico, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menjelaskan jika serius beriktikad menjadi capres, maka Gatot mesti menunjukkan sikap negarawan.

Adi menjelaskan bahwa Gatot selama ini identik dengan kelompok Alumni 212. Menurutnya, Gatot mesti juga dekat dengan kalangan selain kelompok Alumni 212 untuk menunjukkan sikap negarawan. Terlebih, masyarakat Indonesia tidak hanya terdiri atas kelompok Islam saja, tetapi juga banyak kalangan lainnya.

"Gatot harus lebih ke tengah. Kelompok Islam substansial, Islam moderat. Kalau terus terusan diasosiasikan sebagai orang yang dekat dengan Alumni 212 ini enggak bagus sebagai negarawan," kata Adi kepada CNNIndonesia.com.

Apabila Gatot melakukan hal tersebut, kata Adi, maka Gatot dapat menetralisasi friksi antara kelompok Alumni 212 dengan kelompok lain. Misalnya, pendukung Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang selama ini kerap berseberangan paham dengan Alumni 212.

"Jangan sampai memperkeras friksi antara kelompok Islam 212 dengan kelompok Islam yang lain. Kan, enggak bagus. Cuma karena ingin jadi capres segala cara dilakukan," ucap Adi.

Mengenai elektabilitas, Adi sependapat dengan Rico, bahwa elektabilitas Gatot saat ini masih kurang tinggi untuk bisa diusung oleh partai politik sebagai capres 2019.

Adi menilai sebaiknya Gatot memperbanyak jadwal safari politik ke berbagai daerah yang belum banyak dikunjungi tokoh lain. Misalnya Kalimantan, Sulawesi, hingga Indonesia bagian timur.

"Kalau AHY kan di Jawa terus. Lebih baik Gatot ke Papua. Selama ini Jokowi doang kan yang ke Papua. AHY dan Prabowo belum pernah ke Papua," katanya.

Lebih lanjut, Adi menilai safari politik sangat perlu dilakukan Gatot jika ingin meningkatkan elektabilitasnya. Menurunya, selama ini Gatot cenderung lebih sering safari politik di tingkat elite. Sementara di masyarakat tingkat bawah, Gatot masih perlu mengenalkan diri.

Selama safari ke berbagai daerah, Gatot juga dapat melakukan misi tertentu yang bersifat sosial, tidak hanya mengenalkan visi dan misi politiknya. Misi tertentu yang dimaksud Adi yakni Gatot dapat memberikan bantuan kepada korban banjir atau tanah longsor di sejumlah daerah. Bisa juga memberikan bantuan sosial kepada korban bencana yang lain.

"Dia bisa menunjukkan sikap kepedulian terhadap masalah masyarakat menjelang bulan Ramadan. Harga sembako naik, misalnya," ujar Adi. 

 


sumber CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar