Inggris Kerahkan Pasukan SAS untuk Buru Pemimpin ISIS
SeRiau - Inggris dilaporkan mengerahkan pasukan khususnya, SAS, untuk memburu Pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Abu Bakar al-Baghdadi.
Bergabung dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS), SAS memburu Baghdadi sejak serangan bom bunuh diri di gereja dan hotel Sri Lanka pada 21 April lalu.
Diwartakan Daily Mirror Rabu (29/5/2019), ledakan bom di tiga gereja dan tiga hotel mewah itu membunuh sekitar 253 orang, termasuk di antaranya delapan warga Inggris.
Mantan penasihat pemerintah Inggris untuk terorisme Kolonel Richard Kemp berkata, Baghdadi merupakan salah satu pria yang paling jahat dalam sejarah.
"Dia menginspirasi pengikutnya di Timur Tengah maupun seluruh dunia untuk melakukan perbuatan barbar yang lazim di abad pertengahan," terang dia.
Dia mengaku takut jika jaringan Baghdadi bisa menyebarkan teror lebih banyak di dunia Barat. Terutama di Inggris. Kemp mencontohkan serangan di Manchester Arena pada 2017.
"Kami harus segera mencegah pesan beracunnya untuk menyerukan kekerasan dunia, termasuk kekejaman di Inggris seperti Manchester," beber Kemp kembali.
Teroris yang pernah menguasai sebagian Irak serta Suriah serta membuat dunia khawatir itu dilaporkan diburu dengan uang hadiah yang ditawarkan 20 juta dollar AS, atau Rp 287,6 miliar.
Akhir April lalu, Baghdadi muncul dalam sebuah rekaman video berdurasi 18 menit, dan menjadi penampilan perdana Baghdadi dalam lima tahun terakhir.
Dengan senapan serbu AK-47 diletakkan di samping kanannya, Baghdadi juga memuji serangan bom Sri Lanka yang disebut dilakukan oleh keluarga kaya.
Dia diyakini bersembunyi di kawasan gurun Provinsi Al Anbar yang berlokasi sebelah barat ibu kota Irak, Baghdad, ujar seorang mantan intelijen AS.
"Akan sangat baik untuk menangkapnya. Namun tentu tidak mungkin karena tempatnya bersembunyi terlalu berbahaya bagi pasukan barat," ujar intelijen anonim tersebut.
Komandan SAS kepada pasukannya sudah memerintahkan supaya ekstremis berusia 47 tahun itu bisa dibawa hidup atau mati. Operasi gabungan itu juga melibatkan lembaga lain.
Antara lain dari divisi intelijen Inggris MI^, Badan Keamanan Nasional AS, maupun "Pasukan Emas" Irak yang dikirim untuk membantu mengamankan kawasan penyisiran.
Tahap pertama dari operasi tersebut adalah mengirim 30 anggota SAS guna melakukan penyisiran di desa maupun kota di Irak yang dianggap pro ISIS.
Misi tersebut juga mendapat bantuan drone Angkatan Udara Inggris (RAF) berpatroli di Anbar maupun Mosul, lokasi yang diduga dilewati saudara atau sopir Baghdadi.
Pejabat senior anonim menerangkan, perbatasan, Suriah dan Turki sudah ditutup sehingga Baghdad dipancing supaya bergerak maju ke kawasan Irak.
"Siapa pun tentu tidak ingin Baghdadi menyebarkan kebenciannya. Karena itu banyak orang tergabung dalam misi guna menghentikannya," terang sumber itu. (**H)
Sumber: KOMPAS.com