MENU TUTUP

Singapura Mengubah Paradigma Pendidikan, "Belajar Bukan Kompetisi"

Jumat, 12 Oktober 2018 | 14:30:40 WIB | Di Baca : 1065 Kali
Singapura Mengubah Paradigma Pendidikan,

SeRiau - Singapura selama ini dikenal dengan paradigma pendidikan yang sangat menekankan pada akademik mengejar nilai akhir sempurna. Namun angin segar perubahan terjadi ketika Singapura meninjau ulang pendekatan pendidikan mereka.

Dilansir dari straitstimes.com, Menteri Pendidikan Singapura Ong Ye Kung pada bulan September (28/9/2018) menyampaikan, "Belajar bukan berkompetisi" dan berencana melakukan serangkaian perubahan bertujuan untuk mengurangi kompetisi nilai antar siswa dan lebih mendorong siswa berkonsentrasi pada pengembangan pembelajaran dan diri mereka sendiri.

Pendekatan baru pendidikan Singapura

Mulai tahun 2019, ulangan atau tes untuk siswa tahun sekolah dasar (6 tahun) dan sekolah menengah (4 tahun) akan dihapus. 

Untuk tujuan ini, buku-buku laporan sekolah dasar dan menengah (rapor) tidak akan lagi menunjukkan apakah seorang siswa tuntas menyelesaikan subyek pelajaran dengan menghilangkan rata-rata kelas, nilai total, nilai minimum dan maksimum. 

Rapor siswa tidak lagi menyorot gagal atau mencatat gagal atau berhasil di akhir tahun ajaran. Yang pasti, pemeringkatan dalam kelas atau sekolah akan dihilangkan.

Kementerian Pendidikan Singapura menyampaikan guru akan terus mengumpulkan informasi perkembangan pembelajaran siswa melalui diskusi, pekerjaan rumah dan kuis. Sekolah akan menggunakan pendekatan "deskripsi kualitatif" sebagai ganti nilai. 

Sedangkan untuk siswa siswa tingkat akhir sekolah dasar dan sekolah menengah, nilai untuk setiap mata pelajaran akan dibulatkan dan disajikan sebagai bilangan bulat, tanpa angka desimal agar tidak terlalu berfokus pada nilai akademik. 

World Economic Forum (WEF) melalui weforum.org menyebutkan," Pendekatan baru Singapura terhadap pendidikan sangat kontras dengan negara-negara tetangga yang mengejar peringkat pendidikan Program OECD untuk Penilaian Pelajar Internasional atau PISA."

Soft skill untuk perubahan era ekonomi

Padahal dari segi ranking PISA Singapuras selalu menempati posisi pertama dengan perolehan skor rata-rata siswa 1.655.  Empat tempat teratas didominasi sistem pendidikan Asia lain yakni Hong Kong, Jepang dan Macau.

Sebagai perbandingan, dalam pemeringkatan PISA Inggris menduduki peringkat ke-22 sedangkan Amerika Serikat menduduki peringkat ke-30 dengan skor rata-rata 1.476.

Lebih lanjut WEF menyebutkan perubahan paradigma pendidikan Singapura dari berorientasi akademik menjadi pendidikan berorientasi holistik akan membawa perubahan serius bagi masa depan Singapura.

Kebijakan ini tidak lagi mengejar pada kesempurnaan akademis namun kini lebih kepada pengembangan kemampuan interaksi sosial dan kompetensi dalam mengambil keputusan.

Praktik pembelajaran di kelas akan disesuaikan dengan kebutuhan industri sehingga lulusan siap bekerja di berbagai sektor layanan yang terus berkembang.

Serangkaian program "pembelajaran terapan" dijadwalkan dimulai pada tahun 2023 untuk meningkatkan pengembangan pribadi dan membantu siswa memperoleh keterampilan di dunia nyata.

Program ini memungkinkan anak-anak Singapura untuk terjun ke dalam topik-topik "ekspresif" seperti drama dan olahraga serta lebih banyak area pembelajaran berfokus pada industri seperti komputer, robotika, dan elektronik.

Tantangan dari orangtua dan pekerjaan masa depan

Kementerian Pendidikan SIngapura sendiri melihat menyesuaikan sikap siswa terhadap perubahan akan jauh lebih mudah daripada mengubah pandangan orang tua Singapura. Orangtua SIngapura terlalu lama dibesarkan dengan tekanan dan kerasnya ujian.

Satu hal belum berubah adalah masih diterapkankannya sertifikasi sebelum meninggalkan pendidikan dasar. Ujian 'menegangkan' secara tradisional masih dianggap berfungsi sebagai pemetaan rute menuju karir pemerintah tingkat tinggi. Belum ada rencana untuk mengubah aspek sistem pendidikan ini.

WEF dalam laporan tentang "Future Jobs" menyampaikan setidaknya akan ada 42% perubahan kemampuan kerja antara tahun ini hingga 2022.

Soft skill seperti kemampuan berpikir kritis, kepemimpinan dan kemampuan memecahkan persoalan menjadi kemampuan dasar yang sangat penting. Laporan tersebut mengingatkan kita untuk selalu menjadi manusia pembelajar.

Pendidikan di Singapura telah beradaptasi untuk mengikuti perubahan ini. Kita akan melihat siapa yang akan unggul dalam persaingan kerja di masa depan.  

mengatakan bahwa guru akan terus mengumpulkan informasi tentang pembelajaran siswa melalui diskusi, pekerjaan rumah dan kuis. Sekolah akan menggunakan cara lain seperti "deskriptor kualitatif", sebagai ganti nilai dan nilai, untuk mengevaluasi perkembangan siswa pada dua level ini. (**H)


Sumber: KOMPAS.com


Berita Terkait +
TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Jalan Simpang SKA Di Perlebar, Ginda: Kita Dukung Semoga Cepat Terlaksana

2

DPC PDI-P Rohil Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

3

Negara Hadir, 85 KK Warga Dusun Terpencil di Pelalawan Riau Kini Nikmati Listrik PLN 24 Jam Jelang Idul Fitri 1445 H

4

Wujudkan Momen Manis Silahturahmi Dengan Berkendara #Cari Aman

5

Sambut Mudik 2024, PLN Tambah 5 SPKLU di Riau