MENU TUTUP

AS Dakwa Mata-mata Rusia Terkait Peretasan pada Pemilu 2016

Sabtu, 14 Juli 2018 | 14:33:32 WIB | Di Baca : 1256 Kali
AS Dakwa Mata-mata Rusia Terkait Peretasan pada Pemilu 2016

 

SeRiau - Juri federal Amerika Serikat mendakwa 12 pegawai intelijen Rusia meretas jaringan komputer Partai Demokrat pada 2016. 

Dakwaan ini merupakan tuduhan paling rinci dari AS bahwa Moskow campur tangan dalam pemilihan umum negara itu yang membantu capres Partai Republik Donald Trump terpilih sebagai presiden. 

Berkas dakwaan ini berisi tuduhan konspirasi yang melibatkan aksi retas canggih serta dokumen rahasia.

Surat dakwaan menyebut bahwa pegawai badan intelijen militer Rusia, GRU, diam-diam memonitor komputer tim kampanye calon presiden partai Demokrat Hillary Clinton dan jaringan komputer komite pemenangan pemilu partai itu. 

Disebutkan juga mereka mencuri sejumlah besar data dari jaringan komputer korban.

"Selain mempublikasikan sejumlah dokumen ke ruang publik, terdakwa juga mengirim dokumen curian ke organisasi lain, yang tidak disebut dalam dakwaan ini, dan membicarakan waktu publikasi dokumen agar berdampak lebih besar," kata Wakil Jaksa Agung AS Rod Rosenstein, dalam konferensi pers pada Jumat (13/7). 

Surat dakwaan ini diminta oleh Penuntut Umum Khusus Robert Mueller yang merupakan bagian dari penyelidikan atas keterlibatan Rusia dalam pemilu. 

Ini kali pertama Mueller secara langsung mendakwa pemerintah Rusia ikut campur dalam pemilu 2016 yang di luar dugaan, dimenangkan oleh Trump. 

Rosenstein mengatakan telah memberi tahu Trump terkait surat dakwaan ini dan mengatakan bahwa tidak ada warga AS yang masuk dalam surat tersebut.

Di sisi lain, Kremlin sendiri selalu membantah tudingan tersebut.

Kementerian luar negeri Rusia mengatakan pada Jumat (13/7) bahwa dakwaan itu bertujuan merusak suasana pertemuan tingkat tinggi antara Putin dan Trump yang akan dilaksanakan pada Senin (16/7) di Helsinki, Finlandia. 

Beberapa jam sebelum pengumuman dakwaan ini, Trump menyebut penyelidikan Mueller "pencemaran nama yang sudah direncanakan" yang akan memperburuk hubungan AS dengan Rusia. 

Pengumuman dakwaan ini dilakukan pada saat yang kurang tepat bagi Trump yang saat ini sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris Raya sebelum bertemu Putin. 

Trump mengatakan akan "dengan tegas bertanya" kepada Putin terkait tuduhan campur tangan Rusia di pemilu AS dalam pertemuan tersebut.

Propaganda, peretasan

Mueller sedang menyelidiki tudingan tim kampanye pemenangan Trump berkolusi dengan Rusia dan apakah presiden secara ilegal berusaha menghalangi penyelidikan keterlibatan Rusia. 

Pada Januari 2017, badan-badan intelijen AS menyebut bahwa Presiden Putin memerintahkan Rusia mempergunakan propaganda dan peretasan untuk mengacaukan pemilu agar Clinton kalah dan membantu Trump menang.

Namun berkas dakwaan sepanjang 29 halaman ini menggambarkan sejumlah insiden yang menduga para peretas Rusia, dengan nama DCLeaks dan Gucciger 2.0 melakukan kontak dengan sejumlah warga Amerika. 

Disebutkan bahwa agen-agen Rusia memberi bantuan langsung pada satu kandidat Kongres AS yang pada Agustus 2016 meminta dan menerima dokumen curian dari komite pemenangan pemilu partai Demokrat dari Guccifer 2.0. 

Berkas ini tidak menyebut nama kandidat dan asal partainya. 

Dakwaan itu juga mengatakan bahwa pada bulan yang sama, "Pelaku konspirasi dengan nama Guccifer 2.0 mengirim dokumen curian terkait gerakan Black Lives Matter kepada seorang wartawan," yang merupakan isu politik sensitif bagi Partai Demokrat.

Wartawan, yang tidak disebutkan namanya itu, "menjawab dengan mendiskusikan waktu penerbitan dokumen dan menawarkan untuk menulis artikel terkait penerbitan dokumen tersebut."

Berkas ini menyebut agen-agen Rusia menulis ke seseorang yang tidak diketahui namanya "yang selalu berhubungan dengan anggota-anggota senior" tim pemenangan Trump. 

Rekan Trump Roger Stone mengatakan kepada CNN, dia berpendapat orang yang dimaksud dalam dokumen itu kemungkinan adalah dirinya.

Reuters menyebut bahwa berkas ini menyebut bahwa agen-agen Rusia itu mengatakan kepada tokoh tersebut "senang sekali membantu" mereka dan kemudian meminta pendapat terkait dokumen tim pemenangan Partai Demokrat yang dicuri yang diunggah di dunia maya. "Biasa saja," jawab tokoh tersebut. 

"Tidak ada bukti dalam surat dakwaan ini bahwa saya atau orang lain di tim kampanye Donald Trump menerima sesuatu dari Rusia atau pihak lain yang meretas materi tersebut dan mengirimnya ke WikiLeaks," kata Stone kepada CNN. (**H)


Sumber: CNN Indonesia


Berita Terkait +
TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Jalan Simpang SKA Di Perlebar, Ginda: Kita Dukung Semoga Cepat Terlaksana

2

DPC PDI-P Rohil Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

3

Open House Hari Kedua di Kediaman Wakil Ketua DPRD Riau Agung Nugroho Dihadiri 3.000 Warga

4

Lapas Bagansiapiapi Bersama Warga Binaan Gelar Shalat Idul Fitri 1445 H

5

Negara Hadir, 85 KK Warga Dusun Terpencil di Pelalawan Riau Kini Nikmati Listrik PLN 24 Jam Jelang Idul Fitri 1445 H