Kritik Penistaan Nabi, Putin: Multikulturalisme Barat Gagal

  • Sabtu, 19 Desember 2020 - 05:44:18 WIB | Di Baca : 2392 Kali

SeRiau - Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan benturan budaya merupakan masalah yang saat ini ada di Barat.

Dalam konferensi pers akhir tahun pada Kamis (17/12) waktu setempat, dilansir dari RT, Jumat (18/12), dia menyinggung soal keseimbangan yang baik antara mengekspresikan diri dan menghina perasaan seluruh kelompok orang.

"Di mana batas kebebasan yang satu dengan kebebasan yang lain," tanya Presiden. "Mereka yang bertindak sembarangan, menghina hak dan perasaan orang beragama, harus selalu ingat akan ada reaksi balik yang tak terhindarkan. Tetapi, di sisi lain, ini tidak boleh agresif," tambah Putin. 

Hal itu disampaikan Putin, merujuk pada kejadian baru-baru ini di Prancis sebagai buktinya. Bahkan Putin menyebut bahwa "multikulturalisme (di Barat) sudah gagal".  

Pekan lalu, Putin menginstruksikan Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memulai diskusi melalui organisasi internasional tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan mereka yang menghina kepercayaan orang-orang beragama, dan memicu kebencian serta konflik antaragama.  

Tujuh pria asal Chechnya didakwa di Prancis atas dugaan keterlibatan mereka dalam pembunuhan dan pemenggalan guru sekolah Samuel Paty di Paris pada Oktober. Jaksa penuntut mengatakan Paty menjadi sasaran Abdullakh Anzorov yang berusia 18 tahun karena mempertunjukkan serangkaian kartun Nabi Muhammad SAW di kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara. 

Presiden Prancis Emmanuel Macron memicu kontroversi di seluruh dunia Islam setelah insiden tersebut. Dia memberikan penghormatan kepada Paty sebagai pahlawan yang pendiam dan wajah Republik. Sejumlah negara Muslim mengumumkan boikot produk Prancis, dengan beberapa demonstran turun ke jalan untuk membakar patung Macron sendiri.  

Kepala Republik Chechnya yang mayoritas Muslim di Rusia, Ramzan Kadyrov, mengutuk serangan tersebut.

Namun dia mendesak orang-orang untuk tidak memprovokasi umat atau melukai perasaan religius mereka. "Muslim memiliki hak untuk beragama, dan tidak ada yang akan mengambilnya," ucapnya. (**H)


Sumber: REPUBLIKA.CO.ID





Berita Terkait

Tulis Komentar