Ada Apa Dengan Covid? Jadi Tema Hangat Saat  "Ngopi Baru " Bareng Fraksi PKS

  • Kamis, 15 Oktober 2020 - 14:16:43 WIB | Di Baca : 3871 Kali

 


SeRiau-  Program Ngobrol Inspirasi Membangun Pekanbaru (Ngopi Baru) kembali digelar Fraksi PKS DPRD kota Pekanbaru pada Kamis (15/10/2020) pagi. 


Beda dengan tema sebelumnya yang membahas soal persoalan banjir,  tema "Ngopi Baru" kali ini mengangkat tema Ada Apa Dengan Covid-19 (AADC)?

 

Ngobrol inspirasi membangun Pekanbaru kali ini mengundang pembicara dari Dinas Kesehetan Yakni Zaini Rizaldy selaku Pelaksana harian (Plh) Kadiskes Pekanbaru, hadir juga Dr. Dewi Wijaya Sp. P (Doktor Spesialis Paru) dan para anggota dewan yakni Muhammmad Sabarudi St, dan Kartini Skm. 


Menurut Sabarudi, persoalan wabah virus corona atau Covid-19 saat ini terus mengancam masyarakat. Bahkan Pekanbaru terus menjadi penyumbang tertinggi pasien positif corona di Provinsi Riau, untuk itu perlu peran semua pihak, baik tenaga kesehatan, pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama berkomitmen menjalankan protokol kesehatan. 


"Covid ini memang ada, sudah banyak korban termasuk saya sendiri.  Makanya dari pengalaman yang sydah saya alami, maka saya memghimbau kepada masyarakat untuk lebih serius lagi menjalankan protokol kesehatan, Ungkao Sabarudi usai program Ngopi Baru,  Kamis (15/10/2020)


Yang kedua menurut Sabarudi lagi,  tujuan diangkatnya tema Ada Apa Dengan Covid-19 ini untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat mengenai apa virus corona ini, pasalnya Sabarudi menerima laporan bahwa saat ini banyak muncul paradigma yang berlebihan terkait virus corona ini dan memunculkan sikap yang juga berlebihan kepada pasien positif corona walaupun sudah kembali dinyatakan negatif.


"Paradigma-paradigma yang muncul sangat berlebihan, seharusnya kitatidak perlu panik tetapi yang dibutuhkan kewaspadaan dengan menjalankan protokol kesehatan, bukan bearti memunculkan sikap mengucilkan," Ujarnya lagi. 


Terkait Adanya keresahan masyarakat terkait pasien postif corona dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG)  yang hanya menjalani isolasi mandiri di rumah,  menurut Sabarudi itu suatu hal yang diperbolehkan, namun dengan tetap berkomitmen tetap berada dirumah, dan warga sekitar ikut mensuport dengan memberikan bantuan kebutuhan dengan tetap menjalankan protap kesehatan secara ketat. 


"Apa yang disampaikan dokter dewi dalam diskusi tadi benar, bahwa antara pasien positif corona dengan masayarakat masih punya jarak aman untuk berinteraksi, yakni dua meter.  Untuk itu kepada pasien positif corona yang menjalani isolasi mandiri jangan dikucilkan, tapi bagi suport dan bantuan dan kebutuhan yang diperlukan, dengan cara entah itu digantungkan dipagar atau diletakkan diteras atau cara lain. Dan pasien positif juga harus berkomitmen untuk tetap dirumah, nika kondisi rumah tidak memungkin baru bisa ditempat lain seperti hotel. Untuk itu  sekali lagi kita berpesan agar masyarakat sama-sama patuh menjalani protokol kesehatan " Pungkas Sabarudi. (***)





Berita Terkait

Tulis Komentar