Serangan Rudal Houthi Hantam Sekolah Yaman Tewaskan 3 Anak


SeRiau - Tiga anak-anak dan 15 tentara Yaman tewas dalam serangan rudal yang diluncurkan pemberontak Houthi ke arah sebuah sekolah yang diduga dijadikan markas pasukan koalisi, pada Minggu (14/3) kemarin.

Saksi mengatakan tiga anak-anak yang tewas itu terdiri dari dua laki-laki kakak beradik dan satu kerabat mereka. Korban berada di lokasi saat rudal menghantam sekolah di distrik Kadha di provinsi Taiz, seperti dilansir Middle East Eye, Senin (15/3).

Sementara dua sumber militer Yaman mengatakan 15 tentara mereka tewas dalam serangan itu. Mereka menambahkan bahwa sekolah itu sebelumnya digunakan oleh pemberontak Houthi, kemudian diduduki setelah pasukan pro-pemerintah merebut Kadha pekan lalu.

Pertempuran wilayah Taiz antara pemberontak Houthi dan pasukan Yaman baru-baru ini meningkat.

Upaya perdamaian dalam peperangan di Taiz dan Marib terjadi saat Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengupayakan gencatan senjata antara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang mendukung pemerintah Yaman dengan pemberontak Houthi.

Hal itu dilakukan untuk menghidupkan kembali perundingan damai yang difasilitasi PBB untuk kedua belah pihak, yang terhenti sejak akhir 2018.

Pasukan Koalisi Saudi melakukan intervensi di Yaman selama enam tahun, tetapi perang tetap berkecamuk.

Pada Jumat pekan lalu, utusan AS untuk Yaman menyalahkan pemberontak Houthi atas kekerasan yang terus berlanjut di negara itu. Pihaknya juga menuduh pemberontak justru semakin gencar menyerang saat Arab Saudi telah berkomitmen untuk melakukan gencatan senjata.

Ketua Dewan Atlantik, Tim Lenderking, juga menegur Houthi karena menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan di negara yang dilanda perang itu.

"Kami sekarang memiliki rencana yang baik untuk gencatan senjata nasional dengan elemen-elemen yang akan segera menangani secara lansgung situasi kemanusiaan Yaman yang mengerikan. Rencana itu sudah ada sebelum Houthi memimpin selama beberapa hari," kata diplomat AS itu.

Alih-alih berkomitmen untuk mengakhiri konflik, kata Linderking, Houthi terus mengerahkan kekuatan militer di Marib, wilayah yang kaya minyak.

Pasukan Koalisi Saudi telah juga kembali menggelar serangan udara di Sanaa pekan lalu sebagai balasan atas serangan rudal dan pesawat tak berawak Houthi.

Arab Saudi dan sekutunya, terutama Uni Emirat Arab, rutin menggelar serangan udara untuk menggempur pemberontak Houthi sejak Maret 2015. Hal tersebut dilakukan guna memulihkan pemerintahan Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi yang lari ke Saudi setelah digulingkan pemberontak Houthi.

Arab Saudi memandang Houthi sebagai perpanjangan tangan Iran. Namun, mereka menyangkal menerima bantuan dari Iran.

Perang Yaman sudah merenggut nyawa lebih dari 230 ribu orang, menyebabkan wabah penyakit kolera dan memicu kelaparan. PBB menyebut kondisi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terparah di dunia. (**H)


Sumber: CNN Indonesia