Ketua APTISI Pusat Prof Budi Djatmiko Hadiri Wisuda STIE Prakarti Mulya. Ini Pesan dan Harapanya.


 

Seriau,- Prosesi wisuda sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Prakarti Mulya ke-3 kalinya terasa istimewa. Wisuda yang berlangsung di Hotel Grand Central, Sabtu (23/1) dihadiri orang nomor satu di Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Pusat Prof. Dr. Ir H. M.Budi Djatmiko. Tidak hanya menghadiri wisuda, Prof Budi Djatmiko juga menyampaikan orasi ilmiah dihadapan ketua yayasan, civitas STIE Prakarti Mulya, wisudawan, dosen, orangtua dan tamu undangan lainnya.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Budi meminta agar perguruan tinggi merubah kurikulum sesuai dengan kemajuan zaman. Kampus tidak lagi berbasis tembok, kampus harus berorientasi pada industri. Jika hal ini tidak dilakukan, maka dengan sendirinya kampus tersebut akan tutup dan ini akan terjadi dalam  beberapa tahun kedepan. Kalau kampus yang tidak mau berubah, yayasan, pimpinan dan dosennya masih ngajar mengunakan cara lama, tatananya tidak mau berubah, maka akan tertinggal. Oleh kerena itu, mau tidak mau, suka tidak suka, mereka akan ditinggalkan. Sebab, mahasiswa sekarang ini generasi alfa yang lahir tahun 2010, keinginannya, harapan  dan konsumenya juga berubah. Sekarang ini jaman digital murni berbeda dengan zaman manual yang masih banyak digunakan oleh kampus.

"Oleh karena itu, saya tekankan, kampus harus bisa menyesuaikan dengan zaman generasi digital murni. kalau tidak, ya kita akan ketinggalan. Genarasi digital bebeda dengan generasi milenial. Kalau milenial itu masih digital dan konvensional tapi kalau generasi alfa itu generasi digital murni yang sudah terbiasa dengan kondisi digital," kata Budi, Sabtu (23/1) di Pekanbaru

Selain kampus agar menyiapkan  dosen yang mampu menguasai teknologi, Prof Budi mengatakan agar kampus bisa menghasilkan kreatifitas produk yang dihasilkan oleh mahasiswa. Kampus tidak perlu lagi mengadakan ujian, tetapi bagaimana bisa menghasilkan kreatifitas produk yang dihasilkan mahasiswa." Tidak perlu lagi yang namanya ujian. IPK tidak lagi menentukan kesuksesan seorang. Yang menentukan kreatifity, ada produk yang dihasilkan bahkan riset mengatakan IPK hanya urutan ke 17, tapi kreatifity dan inovasi, peluang dia akan mendapatkan kesuksesan sangat besar," kata Prof Budi

Menurutnya lagi, pembelajaran dikampus sekarang ini sudah masuk  digitalisasi. Perkuliahan bisa dimana saja, tidak mesti dikampus. Tidak perlu gedung yang megah, tetapi belajar bisa dimanapun. Misalnya, diperusahaan, dunia industri dan bank yang berhubungan langsung dengan dunia kerja bisa laksanakan perkuliahan. Mengenai tenaga dosen ditahun 2030 kemungkinan bisa digantikan dengan robot. Hanya saja, robot tidak kreatif. Kerja robot hanya linear. Olah sebab itu, kampus harus mengajarkan mahasiswa untuk berkreatif

" Saya prediksi 2030 guru tinggal 50 persen. Guru akan diganti oleh robot dan youtuber. Ilmu bisa dicari di google. Segala macam ilmu ada di google. Pengalaman dosen yang perlu diambil mahasiswa. Jadi mulai dari sekarang, STIE Prakarti Mulya yang telah berubah nama menjadi Institut MASTER harus bisa menyikapi dan mengambil langkah untuk berbenah diera digitalisasi ini," ujar Budi. (zal)