Nilai Tukar Lira Melemah, Erdogan Copot Gubernur Bank Sentral Murat Uysal

  • by Redaksi
  • Sabtu, 07 November 2020 - 18:11:54 WIB

SeRiau - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mencopot gubernur bank sentral dari jabatannya pada Sabtu (7/11) waktu setempat, dan menggantinya dengan mantan menteri keuangan Naci Agbal. Keputusan itu diambil di saat mata uang lira mencapai rekor terendah, pasca kehilangan 30 persen nilainya sejak awal tahun.

Keputusan untuk mengganti Murat Uysal sebagai gubernur dibuat dengan keputusan presiden, yang diumumkan dalam Lembaran Negara Resmi. Tidak ada perincian lebih detail mengapa Uysal diganti.

Lira ditutup 8.5445 terhadap USD pada Jumat setelah menyentuh rekor terendah 8.58, meski USD melemah menanti perhitungan suara selesai pada Pemilihan Presiden.

Erdogan telah menunjuk Uysal untuk memimpin bank sentral pada Juli 2019, ketika dia memecat Murat Cetinkaya di tengah frustrasi presiden karena bank tidak menurunkan suku bunga untuk meningkatkan ekonomi. Saat itu Uysal adalah wakil gubernur.

Erdogan, seorang yang anti suku bunga tinggi, telah berulang kali menyerukan agar biaya pinjaman lebih rendah. Akhir pekan lalu, dia mengatakan Turki sedang berperang dalam perang ekonomi melawan mereka yang menekannya di "segitiga setan suku bunga dan nilai tukar dan inflasi." Seperti dikutip dari Arab News, Sabtu (7/11).

Naci Agbal menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak 2015 hingga 2018, lalu kemudian dilantik sebagai Kepala Direktorat Strategi dan Anggaran Presiden.

Pada pertemuan terakhir komite kebijakan moneter pada 22 Oktober, bank sentral melawan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga yang besar dan mempertahankan suku bunga kebijakan stabil di 10,25 persen, memicu penurunan tajam dalam lira.

Bank, yang juga mengejutkan pasar sebulan sebelumnya ketika menaikkan suku bunga, mengatakan akan melanjutkan langkah-langkah likuiditas untuk memperketat jumlah uang yang beredar. Ini menaikkan tingkat tertinggi di koridornya, jendela likuiditas terlambat, menjadi 14,75 persen dari 13,25 persen.

Namun, lira terus merosot meskipun ada langkah-langkah tersebut, melemah 30 persen terhadap mata uang AS tahun ini menjadi pemain terburuk di pasar negara berkembang.

Bearish (istilah yang digunakan saat kondisi pasar saham mengalami tren turun atau melemah) terhadap lira berasal dari kekhawatiran tentang kemungkinan sanksi Barat terhadap Turki, cadangan habis, inflasi tinggi dan campur tangan politik dalam kebijakan moneter.

Para analis juga khawatir bahwa hubungan Turki bisa terganggu jika Demokrat Joe Biden menjadi presiden AS.

Surat kabar Milliyet Turki melaporkan pada hari Kamis bahwa Menteri Keuangan Berat Albayrak telah mengesampingkan intervensi untuk mendukung lira, mengulangi kekhawatiran pemerintah bahwa menaikkan suku bunga dapat merugikan ekonomi. (**H)


Sumber: rmol.id